Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sains Menjelaskan Mengapa Musik Bikin Suasana Makin Romantis

Kompas.com - 09/06/2017, 21:05 WIB

KOMPAS.com -- Pikirkanlah sebuah lagu yang telah menjadi semacam soundtrack bagi kehidupan Anda ketika jatuh cinta atau mengobati rasa sakit hati. Mengapa kita merasakan ikatan emosional dengan musik?

"Seperti halnya fungsi bulu pada burung merak, musik digunakan manusia untuk menarik lawan jenis. Manusia telah menulis lagu-lagu cinta selama berabad-abad," demikian dikatakan seorang psikolog dari Universitas Western Sydney, Sandra Garrido.

Pertanyaannya adalah dapatkah ilmu pengetahuan membantu Anda memutuskan musik apa yang akan membuat bergairah?

Sebelum perangkat pemutar musik dan daftar lagu yang bisa disusun sesuka hati digunakan setiap hari, kehidupan manusia jauh lebih sederhana. Pada tahun 1990-an, pakar psikologi Profesor Adrian North dari Curtin University melakukan penelitian yang menanyakan apa yang dianggap sebagai musik romantis.

Dia bertanya kepada ratusan mahasiswa psikologi mengenai jenis musik apa yang ingin mereka dengarkan dalam 17 jenis situasi sosial berbeda, termasuk makan malam di bawah temaram cahaya lilin yang romantis.

Secara mengejutkan tanggapan para mahasiswa ternyata sangat seragam. Untuk kencan romantis mereka ingin mendengar "musik yang lebih tenang dan lebih lambat, dengan nada menenangkan," kata Profesor North. Ini adalah jenis musik yang mencakup keheningan tapi tidak menghalangi percakapan.

"Sangat menarik mengetahui betapa banyak kesepakatan mengenai jenis musik yang ingin mereka dengarkan," katanya.

Tetapi Prof North bertanya apakah mahasiswanya hanya menyuarakan stereotip budaya tahun 1990-an – lantaran mereka dijejali film, iklan dan perusahaan rekaman - tentang musik romantis itu yang seharusnya.

Dasar biologis

Dr Sandra Garrido mengatakan preferensi musik kita mungkin dipengaruhi oleh imperatif evolusioner yang lebih dalam.

Dia meyakini hal tersebut banyak kaitannya dengan bagaimana musik bisa mengkomunikasikan emosi di dalam suara manusia.

"Kami secara evolusioner diprogram untuk menanggapi isyarat tertentu di dalam suara manusia dan menganggapnya sebagai ekspresi emosi tertentu," katanya.

"Ketika ciri-ciri yang sama terjadi di dalam musik, kita meresponsnya dengan cara yang sama, seolah-olah dilakukan oleh seseorang yang berada di hadapan kita."

Dr Garrido mengatakan suara manusia memiliki modulasi yang lebih rendah dan lebih monoton dalam mengkomunikasikan kesedihan. Hal ini berarti kita melihat musik yang meniru kontur ini juga sebagai hal yang menyedihkannya.

Menurut dia, studi menunjukkan manusia telah berevolusi untuk mendapati kalau suara bertekanan rendah adalah seksi. Dan musik yang meniru nada rendah bisa membangkitkan perasaan serupa.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau