Manusia Masa Depan Mungkin Harus Makan Serangga dan Rumput

Kompas.com - 09/05/2017, 19:25 WIB

KOMPAS.com - Maukah Anda membeli makanan yang terbuat dari potongan daging, rumput liar, dan serangga dengan harga yang mahal?

Chef asal kota Melbourne, Ben McMenamin, memperkirakan dalam 50 tahun, bahan-bahan makanan ini akan menjadi bagian besar dari pola makan masyarakat.

Ia ingin mendorong perubahan positif bagi cara orang berpikir soal makanan, dengan mengajak mereka mengenal visi makanan masa depan.

Pada acara Utopian Foods Dinner. yang tiketnya terjual habis sebagai bagian dari Melbourne Knowledge Week, 42 pengunjung membayar $150, sekitar Rp 1,5 juta, untuk mencicipi lima hidangan masakan.

"Masing-masing hidangan memiliki cerita yang berbeda soal makanan tertentu yang mungkin akan kita makan," kata Ben.

"Salah satu hidangan memiliki bahan pangan lokal Australia yang berjarak 110 kilometer [dari kota]."

"Makanan yang kita makan di masa depan akan bersumber dari produsen lokal, dan kita akan memiliki sistem makanan lokal yang jauh lebih tangguh dan beragam."

Hidangan itu terdiri dari labu biru dari kawasan Keilor, Victoria, dengan jamur pinus dari Woodend, dan curd kambing dari Mornington Peninsula.

Dalam hidangan lain, Ben memasak miso dari kaldu tulang babi dengan tanaman nasturtium dan semut liar.

"Tulang babi umumnya merupakan produk limbah dari industri peternakan," katanya.

"Tanaman nasturtium diklasifikasikan sebagai rumput liar."

Ben mengatakan mereka memilih menggunakan nasturtium sebagai cara untuk menunjukkan banyak makanan yang tergolong gulma, "tidak hanya lezat, tapi juga sangat baik untuk kita".

Memasak untuk menginspirasi masa depan

Ben memulai usaha sosialnya, Social Food Project, dengan gagasan bahwa makanan bisa membuat orang bersama-sama membawa perubahan.

"Ada banyak teori soal lingkungan yang tidak menyenangkan di luar sana, seperti 'bagaimana jika lebah mati?' Dan, 'kita akan makan daging yang dikembangkan di laboratorium', "katanya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau