JAKARTA, KOMPAS.com -- Seseorang dikatakan mengidap hipertensi atau tekanan darah tinggi saat tekanan darahnya berada di atas 140/90 milimeter merkuri (mmHg).
Angka 140 merupakan angka tekanan darah sistolik yang terjadi saat otot jantung berkontraksi. Sedangkan angka 90 merupakan angka tekanan darah diastolik saat otot jantung berelaksasi.
Namun, ternyata angka itu tidak berlaku secara konstan. Sebab, saat teknologi kedokteran belum berkembang dengan pesat, angka batas tekanan darah lebih tinggi.
Mengutip data dari Indonesian Society of Hypertension (InaSH), Siska menuturkan, pada tahun 1940-an tekanan darah hipertensi berada di atas 180/110 mmHg.
Angka itu menurun pada tahun 1970-an menjadi 169/95 mmHg. Lalu, pada tahun 1980-an hingga saat ini, penurunan kembali terjadi, yakni 149/90 mmHg.
Siska menjelaskan, perubahan tekanan darah tersebut disebabkan oleh perubahan ilmu pengetahuan, di antaranya terkait penemuan obat untuk mengontrol tekanan darah.
"Kalau dulu, kita enggak punya obat untuk mengontol tekanan darah. Kalau dibilang tekanan darah bahaya, terus mau diapain, enggak ada obatnya," katanya dalam diskusi di Yayasan Jantung Indonesia di kawasan Menteng, Jakarta, Rabu (3/5/2017).
Menurut Siska, saat obat pengendali tekanan darah tinggi belum ditemukan, operasi bedah dilakukan untuk menekan refleks pasien saat terjadi stres atau percepatan denyut jantung.
Kemudian, teknologi tekanan darah mulai muncul di awal 1900-an.
"(Tahun) 1940 baru bisa diukur tekanan darah dengan gampang. Dulu tekanan darah diukur dengan invasif, ditusuk jarum ke pembuluh arteri. Tahun 1940an ke sini dengan cara non-invasif menggunakan alat," ujar Siska.
Sejak obat pengatur tekanan darah ditemukan sekitar tahun 1970-an, Siska menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan kelangsungan hidup.
Penderita hipertensi yang mengatur tekanan darahnya memiliki kelangsungan hidup lebih panjang dibandingkan yang tidak mengatur tekanan darahnya.
"Memang tekanan darah harus dikontrol untuk memperbaiki angka harapan hidup. Jadi, seiring dengan kemampuan mengontrol hipertensi, nilai ambang tekanan darah yang kita anggap harus dikontrol untuk memperbaiki harapan hidup bergeser. Pada saat ini, angka itu masih di 140/90," ucap Siska.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.