Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/03/2017, 14:12 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber SHAPE

KOMPAS.com - Tahun lalu lebih dari 59 juta obat antinyeri diresepkan. Jumlah itu cukup untuk membuat setiap orang di Amerika punya sebotol obat antinyeri dan 2 juta orang kecanduan obat tersebut menurut laporan American Society of Addiction Medicine (ASAM).

Overdosis obat merupakan penyebab utama kematian mendadak dan peresepan obat antinyeri disebutkan laporan tersebut hampir separuh dari itu.

Kendati saat ini mungkin Anda mendapatkan resep antinyeri, itu tak berarti Anda bakal direhabilitasi di masa depan.

Ketika digunakan dengan benar, antinyeri merupakan bagian penting dari pengobatan nyeri.

Wanita sangat rentan terkena kecanduan antinyeri. Begitu penjelasan Erin Goodhart, seorang spesialias adiksi dan direktur women's services di Caron Treatment Centers.

Hormon wanita membuat kaum hawa jadi rentan terhadap efek antinyeri. Ditambah, wanita cenderung menyalahgunakan obat resep untuk menurunkan berat badan, mengatasi kelelahan, mengatasi nyeri dan mengobati sendiri masalah kesehtan mental. Begitu menurut statistik terakhir dari National Institutes of Health.

Sekitar 15,8 juta wanita mengakui menyalahgunakan obat tahun lalu dan 4,6 juta mengatakan menyalahgunakan obat resep dokter.

Setiap tiga menit seorang wanita di AS dibawa ke ruang gawat darurat. karena penyalahgunaan obat nyeri yang diresepkan dokter.

Bagaimana cara kita mengontrol agar tak menyalahgunakan obat tersebut? Berikut ini hal yang perlu diketahui soal wanita dan peresepan antinyeri.

1. Wanita cenderung mudah kecanduan obat antinyeri

Ada beberapa faktor yang unik pada tubuh dan situasi wanita. Pertama, wanita merasa nyeri lebih intensif karena memiliki lebih banyak reseptor saraf daripada pria, menurut studi yang dilakukan oleh American Society of Plastic Surgeon.

Kemudian, wanita cenderung membicarakan nyeri itu dengan petugas kesehatan dan lebih proaktif menginginkan manajemen stres, kecemasan dan nyeri. Begitu kata Goodhart.

Dokter sering memberi obat terhadap keluhan tersebut. Wanita cenderung diberi resep antinyeri dibanding pria, ketika mereka mengalami gejala yang sama.

Masalah lainnya adalah dokter sering lupa bahwa wanita secara biologis tak sama dengan pria.

Kendati ada fakta bahwa wanita lebih kecil dan lebih sensitif terhadap efek pengobatan nyeri, dokter meresepkan obat antinyeri pada wanita dengan dosis lebih tinggi dan periode lebih lama. Itu menurut studi yang dilakukan oleh Center for Disease Control.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau