KOMPAS.com - Sirkulasi siklonik atau pusaran angin terbentuk di sejumlah perairan sekitar Indonesia. Salah satu sirkulasi siklonik tersebut, yang terbentuk di Laut Arafura, telah menjadi siklon tropis Blanche dan bergerak ke arah Australia.
Sirkulasi siklonik merupakan pusaran angin yang memicu massa udara atau uap air sebagai faktor utama pembentuk awan akan bergerak ke arahnya. Hal ini menyebabkan daerah yang berada di sekitar sirkulasi tersebut memiliki potensi pertumbuhan awan signifikan sehingga perlu diwaspadai menimbulkan hujan lebat dan cuaca ekstrem.
Menurut Kepala Bidang Humas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko, di Jakarta, Minggu (5/3/2017), sirkulasi siklonik saat ini terjadi di pesisir barat Aceh, di pesisir Bengkulu, dan di Samudra Pasifik utara Papua Barat. Daerah konvergensi terdapat di wilayah barat laut Jawa, Kepulauan Sula. Adapun belokan angin terdapat di wilayah Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Banten, Jabodetabek, Laut Jawa, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara.
Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S Swarinoto memperingatkan tentang terbentuknya bibit siklon tropis di Laut Arafura bagian utara, tepatnya di koordinat 7,9 derajat Lintang Selatan dan 132,8 derajat Bujur Timur, sekitar 1.220 kilometer sebelah timur laut dari Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat lalu. Fenomena ini diperkirakan akan memicu angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan lebat di sejumlah wilayah Indonesia.
”Saat ini bibit siklon yang terbentuk di Laut Arafura telah menjadi siklon tropis Blanche dan bergerak ke Australia,” kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ramlan. Bibit siklon ini terbentuk menjadi siklon Blanche saat berada di perairan sebelah utara Pulau Tiwi, Australia Utara, sekitar 792 kilometer sebelah tenggara dari Kota Kupang.
Bibit siklon tropis biasa terbentuk di wilayah tropis dan memiliki karakter bergerak menjauhi daerah khatulistiwa. Sekalipun aman dari perlintasan siklon tropis, kajian sejumlah lembaga meteorologi dunia, termasuk BMKG, menemukan adanya tren penguatan intensitas siklon sehingga dampak tidak langsungnya berupa cuaca buruk semakin kerap mencapai wilayah Indonesia.
Selain siklon tropis, menurut laporan BMKG, saat ini fenomena atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) masih tampak bergerak ke arah timur memasuki wilayah Indonesia bagian barat meskipun intensitasnya semakin melemah.
Cuaca ekstrem
Dengan terjadinya dua fenomena cuaca ini, Yunus meminta masyarakat mewaspadai potensi angin kencang di Laut Jawa, Laut Bali, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Laut Arafura, Laut Timor, dan Papua bagian selatan.
Adapun potensi hujan lebat dengan disertai kilat atau hujan ringan-sedang berdurasi lama diperkirakan terjadi di Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Barat, Pulau Jawa, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan, NTB, NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua bagian selatan.
Gelombang laut dengan ketinggian 2.5-4.0 meter diperkirakan terjadi di wilayah perairan selatan Kepulauan Babar, Laut Arafura bagian barat, dan Laut Timor. Adapun gelombang dengan ketinggian 2.0-2.5 meter diperkirakan terjadi di sejumlah wilayah. (AIK)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.