Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuliah di Inggris Raya, Merintis Usaha Membangun Indonesia

Kompas.com - 22/12/2016, 21:02 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Setidaknya 3.000 generasi muda Indonesia berangkat ke Inggris Raya untuk belajar. Mereka merintis usaha membangun Indonesia, berharap bisa berkontribusi menyelesaikan masalah bangsa ketika pulang ke kampung halaman.

Winarti Sarmin yang tengah menempuh kuliah program S-3 di University of Stirling adalah salah satunya. Di lab mikrobiologi kelautan kampus yang letaknya tak jauh dari Battle of Stirling Bridge - lokasi perang kemerdekaan Skotlandia dari England - Winarti menceritakan, "Banyak ikan nila Indonesia terserang francisellasis."

Francisellasis mudah menyebar dalam air. Tanda serangan penyakit itu adalah bintik-biktik merah pada kulit. Bakteri Francisella tillapia, penyebab francisellasis akan memicu kegagalan fungsi limfa dan ginjal hingga berujung kematian. Akibatnya, produksi ikan nila berkurang.

Hingga saat ini, belum ada obat mujarab untuk mencegah penyakit itu. Memakai fasilitas salah satu universitas dengan jurusan kelautan terbaik di dunia itu, Winarti mencari solusi untuk mengatasi masalah Indonesia dengan sumber daya alam Indonesia.

"Saya pakai seawweed atau alga yang melimpah di Indonesia," ungkap Winarti saat ditemui Kompas.com dalam media visit ke Inggris bersama Kedutaan Besar Inggris dan Garuda Indonesia, akhir November lalu. "Saya akan lihat kemampuan alga menghambat pertumbuhan Francisella tillapia."

Untuk menguji efektivitas alga, dosen Poiliteknik Negeri Pontianak itu melakukan uji di tingkat jaringan maupun langsung pada ikan nila. Bila terbukti efektif, Winarti mengharapkan, alga bisa dicampur dalam pakan ikan nila sebagai bahan peningkat kekebalan tubuh.

Wahyu Septianto, mahasiswa S-2 Indonesia di University of Edinburgh, punya mimpi berbeda. Mengambil program studi bidang artificial intelligence (kecerdasan buatan), ia berharap bisa berkontribusi mengatasi permasalahan transparansi, pemerintahan, dan komunikasi publik.

Kecerdasan buatan mungkin terdengar sebagai bidang yang mengawang-awang. Namun, sebenarnya bidang itu sangat aplikatif. "Artificial Intelligence Facebook sedang mengembangkan aplikasi untuk memberikan deskripsi suara atas suatu gambar sehingga bisa membantu penderita tunanetra," katanya.

Bagi Indonesia, kecerdasan buatan pun sangat aplikatif. "Penerapannya yang paling seksi ya good governance. Opinion mining di media sosial. Dianalisis sentimennya, lalu coba dipahami apa yang dirasakan oleh warga media sosial."

Wahyu sendiri tertarik pada deteksi dan analisis rumor. Di era media sosial, kecerdasan buatan berguna untuk mendeteksi berita hoax. Dengan data linguistik, kecerdasan buatan dapat mendeteksi kredibilitas suatu akun, pernyataan kontroversial yang dilontarkan, dan penyebarannya.

"Riset untuk mendeteksi rumor atau hoax sedang gencar dilakukan 2-3 tahun terakhir, tapi kasusnya adalah untuk bahasa Inggris. Untuk bahasa Indonesia bisa saja dilakukan, tapi butuh ada yang mengumpulkan data. Sejauh ini di Indonesia belum ada yang melakukan sejauh yang saya tahu," jelasnya.

Beragam Bidang

Mahasiswa Indonesia yang datang ke Inggris Raya menekuni beragam bidang. Selain Winarti dan Wahyu yang menekuni bidang-bidang "serius", ada juga yang mengambil jurusan yang lebih "millenial", seperti fashion, komputer, dan keolahragaan.

Yunanto Wiji Utomo Danapati Suprakarsa
Salsabila Farania misalnya, mengambil jurusan fashion design di Coventry University. Ia ingin menjadi desainer produk fast fashion. Sementara, Danapati Suprakarsa mengambil jurusan sport marketing. Ia ingin menjadi agen untuk memajukan dunia olahraga Indonesia.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London, Aminudin Aziz, mengungkapkan, sebagian besar mahasiswa Indonesia mengambil jurusan sains dan teknologi. Untuk tahun ajaran 2016/2017, ada 254 mahasiswa Indonesia yang mengambil jurusan teknologi dan 152 mengambil jurusan sains.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com