Teki-teki Terpecahkan, Purnama Memang Bisa Memicu Gempa

Kompas.com - 13/09/2016, 08:00 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Apakah fase bulan berkaitan dengan kejadian gempa? Pertanyaan itu menjadi teka-teki bagi para ilmuwan dan awam selama puluhan tahun. Kini, studi terbaru mengonfirmasinya.

Satoshi Ide, pakar seismologi dari University of Tokyo lewat publikasinya di jurnal Nature Geoscience pada Senin (12/9/2016) mengungkap bahwa fase bulan memang jadi salah satu faktor yang turut memicu gempa.

Menurut Ide, gempa besar seperti yang terjadi di Chile tahun 2010 dan Jepang pada 2011 cenderung terjadi saat purnama atau bulan mati, saat tekanan pasang mencapai titik tertinggi.

Untuk mengungkap hal itu, Ide menginvestigasi tiga rekaman gempa yang terjadi di Jepang, California, dan berbagai belahan dunia lainnya.

Dia menganalisis tekanan pasang 15 hari menjelang dan sesudah gempa besar. Hasilnya, gempa di Chile dan Tohoku, Jepang, terjadi saat tekanan pasang mencapai titik tertinggi.

Menganalisis lebih dari 10.000 gempa, Ide menemukan bahwa gempa yang terjadi saat tekanan pasang maksimum punya peluang lebih besar mencapai magnitudo M 8.

"Riset ini adalah cara inovatif untuk menjawab isu yang telah menjadi perdebatan sekian lama," kata Honn Kao, pakar seismologi di Geological Survey of Canada.

"Temuan ini memberikan petunjuk tentang hubungan antara tekanan pasang dan terjadinya gempa besar," imbuhnya seperti dikutip Nature, Senin.

Riset ini tak menyimpulkan bahwa setiap bulan purnama atau mati akan terjadi gempa. Demikian juga, tak setiap gempa besar terjadi pada saat purnama atau bulan mati.

Kesimpulan riset adalah bahwa tekanan pasang yang terjadi saat bulan purnama atau mati berpotensi memicu transfer tekanan lempeng sehingga memicu gempa besar.

John Vidale, seismolog University of Washington yang selama ini kerap meluruskan klaim kaitan gempa dan purnama mengatakan, hasil riset ini bisa dipertanggungjawabkan. "Tim melakukan riset dengan sangat teliti," katanya.

Walaupun menjawab teka-teki puluhan tahun, Ide mengungkapkan bahwa riset ini tak akan memberi pengaruh pada strategi mitigasi gempa bumi. Masyarakat harus waspada bencana kapan saja.

Meski dipengaruhi oleh pasang, peluang terjadinya gempa di hari tertentu di kawasan yang rawan gempa rendah dan sulit diprediksi. "Terlalu kecil untuk menjadi basis merencanakan aksi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau