Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hidup sejak Zaman Belanda, Inilah Hewan Bertulang Belakang Tertua di Dunia

Kompas.com - 16/08/2016, 19:20 WIB
Kontributor Sains, Yulianus Febriarko

Penulis

KOMPAS.com - Seekor hiu besar dan memiliki mata hampir buta yang hidup di perairan dingin Atlantik utara kini ditetapkan oleh para ilmuwan sebagai hewan vertebrata tertua di dunia yang masih hidup.

Jenis Hiu Greenland (Somnious microcephalus) itu diperkirakan berusia 272 tahun. Para ilmuwan meyakini, umur hiu itu bisa mencapai 500 tahun.

Dengan umur tersebut, hiu tersebut lahir sejak abad pertama penjajahan Belanda di Indonesia, lahir pada tahun yang sama dengan surat kabar Bataviasche Nouvelles yang menandai awal sejarah pers di Indonesia.

Usia hiu tersebut melebihi usia seekor paus bowhead (Balena mysticetus) yang berusia 211 tahun dan ikan Koi betina bernama Hanako yang sebelumnya diyakini sebagai vertebrata tertua, berusia 226 tahun.

Peter Bushnell, ahli fisiologi kelautan yang juga meneliti hiu itu, mengatakan, para ilmuwan kelautan sudah mengetahui bahwa hiu Greenland memiliki umur yang panjang.

Hiu Greenland dalam penelitian ini punya panjang 6 meter. Para peneliti percaya, hiu itu bisa tumbuh lebih panjang lagi. Studi pada tahun 1963 mengungkap bahwa hiu Greenland tumbuh hanya 1 cm per tahun.

“Hiu Greenland memiliki tubuh yang sangat besar tetapi tumbuh dengan lambat. Ini menandakan bahwa mereka memiliki usia hidup yang panjang,” kata Bushnell.

Pengukuran usia dalam riset ini dilakukan dengan level radiokarbon-14 pada lensa mata hiu. Pengukuran merefleksikan level radiokarbon-14 di lautan ketika lensa mata tersebut terbentuk.

Pengukuran pada rentang waktu 2010-2013 terhadap 28 spesies hiu Greenland betina mengungkap bahwa hiu terbesar dengan panjang 5,02 meter dari sejumlah 28 hiu tersebut memiliki usia antara 272 dan 512 tahun.

Apa rahasia umur panjang hiu itu? Bushnel seperti dikutip Nature pada 11 Agustus 2016 lalu mengungkapkan bahwa itu terkait energi dan lingkungan.

“Usia panjang hiu Greenland itu kemungkinan disebabkan karena spesies tersebut mengeluarkan jumlah energi yang sangat sedikit berkat suhu tubuhnya yang dingin dan ukurannya yang besar,” ujar Bushnell.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com