Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Penghasil Sampah Plastik Kedua Terbesar di Dunia? LIPI Akan Buktikan

Kompas.com - 02/08/2016, 15:37 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Riset yang dipublikasikan di jurnal Science pada 13 Februari 2015 lalu mengungkap bahwa Indonesia merupakan penyumbang terbesar kedua sampah plastik di lautan.

Data tersebut diperoleh lewat pemodelan dengan memasukkan faktor skala pembangunan ekonomi negara, jumlah rata-rata sampah yang diproduksi, cara pengolahan sampah, serta jumlah populasi yang bermukim di radius 50 km dari garis pantai.

Lewat Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) 2016, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan membuktikan kebenaran hasil pemodelan tersebut lewat pengambilan sampel langsung di lapangan.

"Kita akan meneliti mikroplastik di perairan Sumba," kata Muhammad Reza Cordova, periset Pusat Penelitian Oseanografi dalam konferensi pers Pelepasan EWIN 2016 di Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Perairan Sumba dipilih karena merupakan pintu keluar dari Arus Lintas Indonesia, arus dari Pasifik ke Hindia yang melewati Indonesia.

Pergerakan arus bukan hanya membawa nutrien dan sejumlah satwa, tetapi juga sampah. Sampah yang keluar dari perairan Sumba mungkin tak berasal dari Indonesia, tetapi dibawa dari Pasifik.

Untuk meneliti, Reza akan mengambil sampel air dari perairan Sumba. Sampel itu kemudian disaring dengan penyaring khusus dan diamati dengan bantuan sinar UV. Keberadaan mikroplastik dari beragam polimer akan dideteksi.

Riset di perairan Sumba ini adalah tahap pertama. "Ke depan kita berharap bisa melakukan di wilayah utara Indonesia," ungkapnya.

Dari rangkaian penelitian, LIPI berharap bisa mengetahui sampai yang masuk dan keluar dari Indonesia. Data yang diperoleh akan digunakan untuk mengonfirmasi riset yang menyatakan bahwa Indonesia penghasil plastik terbesar kedua.

Dalam jangka panjang, Reza akan meneliti perbandingan mikroplastik yang masuk dab keluar dari wilayah Indonesia untuk mencari tahu peran arus dalam perpindahan sampah sekaligus jumlah sampah yang terbuang ke laut.

"Bisa saja sampah yang keluar (dari perairan Indonesia) justru lebih sedikit, yang berarti bahwa perairan kita jadi trap. Kalau yang terjadi seperti itu justru lebih berbahaya," katanya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com