Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Asal Toba Ingin Tempe Dikenal hingga Antariksa

Kompas.com - 24/03/2016, 17:41 WIB

KOMPAS.com - Tempe, makanan yang dihasilkan dari fermentasi kedelai, telah mendunia. Kini, sekelompok remaja asal Samosir,Toba, Sumatera Utara ingin membawa makanan khas Indonesia itu mengangkasa.

Mereka ingin agar tempe tidak saja bisa dibuat dan dikonsumsi di bumi tetapi juga dihasilkan serta dimakan oleh astronot yang ada di antariksa.

"Itu sih masih wacana," kata Gilbert Nadapdap, salah satu diantara tiga siswa SMA Unggul Del Toba Samosir saat dihubungi Kompas.com, Kamis (24/3/2016).

Namun demikian, Gilbert dan kawan-kawan tak sekadar berwacana. Mereka memulai langkah awal untuk mewujudkan harapan dengan meneliti pertumbuhan ragi di antariksa.

Mengapa ragi? Sebab ragilah yang berperan dalam fermentasi kedelai menjadi tempe. Agar bisa membuat tempe di antariksa, maka manusia harus mengetahui dahulu kemampuan ragi tumbuh di wilayah nir gravitasi.

Kurang lebih setahun lalu Gilbert dan rekannya di bawah bimbingan JW Saputro, Science Coordinator, Indonesia Space Research Group, mengembangkan rencana penelitian pertumbuhan ragi di antariksa.

Rencana itu kemudian dimasukkan dalam lomba sehingga bahan dan alat penelitian bisa benar-benar dikirim ke antariksa dengan kargo Cygnus.

Penelitian itu akhirnya masuk seleksi. Rabu (22/3/2016), dengan roket Atlas 5, alat dan bahan penelitian Gilbert dikirim ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Perangkat eksperimen dari siswa Indonesia diluncurkan bersama sejumlah perangkat canggih lainnya milik NASA, Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa (ESA), serta Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAEA).

ESA mengirimkan perangkat ENERGY untuk mempelajari kebutuhan energi bagi astronot untuk perjalanan antariksa jangka panjang.

NASA mengirimkan perangkat eksperimen penting bernama Spacecraft Fire Experiment I (SAFFIRE). Perangkat itu akan mempelajari pembentukan api.

Kini, Gilbert dan rekannya beserta pembimbingnya, Arini Desianti Parawi, mempersiapkan diri untuk penelitian yang akan dilakukan begitu alat dan bahan sampai di ISS.

Satu diantara perangkat penelitian yang dikirim adalah kamera digital. Kamera akan memantau pertumbuhan ragi. Gambar yang diambil akan dikirim ke bumi.

"Raginya tumbuh atau tidak yang diukur melalui kekeruhan yang ditunjukkan gambar yang dikirim," ungkap Gilbert. Selain riset Gilbert dan rekan, dikirim pula eksperimen pengamatan pertumbuhan padi di antariksa oleh siswa Jakarta dan bandung.

Hasil penelitian rencananya akan dipresentasikan di Annual Conference of the American Society for Gravitational and Space Research di Washington DC dalam bulan November 2016.

Saputro mengatakan, eksperimen ragi dan padi adalah bagian dari eksperimen yang dilakukan ilmuwan-ilmuwan dunia untuk mengetahui teknologi rekayasa yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan manusia di ruang angkasa.

Penelitian pertumbuhan ragi penting bukan hanya karena bisa menghasilkan tempe. "Ragi dipilih karena proses fermentasinya akan menghasilkan etanol yang dapat digunakan sebagai antiseptik dan bahan bakar," kata Saputro.

Akan sangat menarik bila padi dan tempe nantinya benar-benar bisa dihasilkan di antariksa. "Jika kelak Indonesia bisa mengirim orang ke luar angkasa, astronot Indonesia bisa makan tempe dan nasi di sana," imbuh Saputro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com