Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Ibrahim bin Muhammad, Kisah di Balik Perintah Shalat Gerhana

Kompas.com - 01/03/2016, 21:22 WIB
Icha Rastika

Penulis

KOMPAS.com — Bagi umat Islam, gerhana matahari bukan fenomena biasa. Umat Islam diimbau untuk shalat gerhana saat matahari tertutup bulan.

Islam memaknai gerhana sebagai perwujudan kekuasaan Allah SWT. Kondisi gelap gulita selama gerhana berlangsung mengingatkan manusia akan suasana alam kubur kelak.

Sejarah menunjukkan bagaimana Islam mengubah makna gerhana bagi masyarakat Arab yang sebelumnya selalu dikaitkan dengan kesialan atau kematian orang penting.

Gerhana matahari cincin masa nabi

Gerhana yang memcu perubahan pemaknaan pada masyarakat Arab adalah gerhana matahari cincin.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan, gerhana matahari cincin pada masa nabi terjadi pada 27 Januari 632 Masehi atau menjelang awal Zulkaidah 10 H.

"Lintasannya mulai dari Afrika Utara, selatan Jazirah Arab, melintas ke India," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com pada akhir Februari 2016.

Madinah sendiri tidak mengalami gerhana matahari cincin, hanya gerhana sebagian dengan kegelapan sekitar 85 persen.

Jarak bumi-matahari saat terjadinya gerhana kala itu adalah 148 juta kilometer dan diameter sudut piringan matahari 32’23". Sementara itu, jarak bumi ke bulan 392.788 kilometer dengan diameter sudutnya 30’25".

Masyarakat Arab pra-Islam percaya bahwa gerhana terkait dengan kematian orang besar.

Kebetulan, pada hari yang bersamaan dengan gerhana matahari, putra Nabi Muhammad SAW yang bernama Ibrahim bin Muhammad wafat dalam usia 16 tahun.

Tak lama setelah Ibrahim dimakamkan pada pagi harinya, Madinah mengalami gerhana. Masyarakat setempat pun lantas menduga bahwa gerhana terjadi merupakan mukjizat atau tanda bahwa matahari turut bersedih.

"Jadi, intinya mitos di masyarakat dulu sampai sekarang selalu ada dan tampaknya di Jazirah Arab pun ada mitos-mitos yang menimbulkan orang takut. Gerhana sering dikait-kaitkan dengan kejadian tertentu, termasuk kematian," kata Thomas.

Namun, Nabi Muhammad SAW lantas membantah dugaan masyarakat setempat dan menegaskan bahwa gerhana adalah wujud kuasa Allah.

"Waktu itu Rasul mengatakan bahwa gerhana ini bukan karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang, tetapi merupakan salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah SWT dan itu kemudian diperintahkan ketika terjadi gerhana, maka berzikirlah, takbirlah, kemudian shalat gerhana," tutur Thomas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com