Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dodo Ternyata Bukan Burung yang "Dodol"

Kompas.com - 24/02/2016, 21:28 WIB
KOMPAS.com - Dodo yang telah punah 450 tahun lalu dikenal sebagai burung yang "dodol". Dalam budaya populer, dodo menjadi simbol kebodohan.

Riset terbaru ternyata bertentangan dengan persepsi selama ini. Publikasi dalam Zoological Journal of Linnean Society mengungkap bahwa dodo secerdas merpati.

Kecerdasan burung bernama latin Raphus cucullatus itu terungkap berkat analisis CT Scan yang dilakukan Eugenia Gold di Story Brook University pada tengkorak dodo.

Gold menemukan, volume otak dodo proporsional dengan ukuran tubuhnya. Dengan demikian, kecerdasan dodo tak serendah yang diperkirakan.

"Pasti kecerdasan tak hanya diukur dari volume otak, tetapi itu menjadi dasar pengukuran," ungkap Gold seperti dikutip EurekAlert, Rabu (24/2/2016).

Dodo memiliki lobus olfactory, bagian otak yang bertanggung jawab pada pendengaran, yang berkembang sangat baik. Jadi, burung itu punya kemampuan mengendus.

Diperkirakan, dodo mencari makan dengan bergantung pada indera penciumannya. Dodo diduga memakan buah, hewan darat kecil dan tak bertulang belakang, serta hewan laut kecil.

Dodo adalah burung yang hidup di Mauritius. Hanya dalam waktu sekitar 100 tahun setelah manusia datang ke wilayah itu, dodo punah. Terakhir, burung berparuh unik itu dijumpai pada tahun 1662.

Tengkorak dodo terawetkan dengan baik di American Natural History Museum. Mark Morrel Macaulay, kurator paleontologi di American Natural History Museum, mengatakan, temuan ini menjadi tanda pentingnya perawatan museum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com