Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heroik Achmad Mochtar, Dokter Indonesia yang Mati Dipancung Jepang

Kompas.com - 10/11/2015, 18:42 WIB
KOMPAS.com — Nama Achmad Mochtar mungkin tak pernah tertulis di buku sejarah anak-anak sekolah. Namun, jasanya bagi bangsa Indonesia besar.

Dokter kelahiran Bonjol, Sumatera Barat pada tahun 1892 itu menjadi peneliti unggul berdarah Indonesia pada masa penjajahan. Dia rela menjadi kambing hitam kejahatan perang Jepang untuk menyelamatkan rekan penelitinya.

Kisah pengorbanan Achmad Mochtar tertulis dalam buku berjudul War Crimes in Japan-Occupied Indonesia: A Case of Murder by Medicine terbitan University of Nebraska Press.

Buku yang ditulis JK Baird dari University Oxford serta Sangkot Marzuki dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) itu diterbitkan pertengahan tahun ini, 70 tahun setelah wafatnya Achmad Mochtar.

Tragedi Klender

Tahun 1944, sekitar 900 romusa (pekerja paksa zaman Jepang) di Klender mati setelah menunjukkan gejala tetanus. Beberapa hari sebelum kematian, mereka diberi vaksin TCD (tifus, kolera, disentri).

Staf Lembaga Eijkman memang menyuntikkan cairan yang dibilang vaksin, tetapi atas perintah Jepang.

Polisi Jepang atau Kenpetai mempersalahkan Mochtar yang kala itu menjadi Direktur Lembaga Eijkman serta stafnya atas tragedi tersebut. Jepang menuduh Mochtar dan stafnya sengaja mengganti vaksin dengan kuman tetanus supaya para romusa mati.

Jepang kemudian menangkap Mochtar dan stafnya. Mereka disika, dibakar, dan disetrum. Satu dokter tewas.

Staf Lembaga Eijkman lain kemudian bebas, tetapi hidup Mochtar berakhir tragis dengan hukuman pancung pada 3 Juli 1945. Bahkan, disebutkan, setelah dipancung, tubuhnya digilas dengan traktor sebelum akhirnya dikubur.

Sangkot mengungkapkan, "Cerita tentang Achmad Mochtar tidak ada di buku sejarah umum, tetapi selalu tercatat dalam sejarah kedokteran. Sejak awal, keterlibatan Achmad Mochtar dalam kematian 900 romusa diragukan. Masa dokter tega membunuh bangsa sendiri?"

Kejahatan terungkap

Tahun 2010, makam Mochtar berhasil ditemukan. Ia dikubur di Evereld, Ancol. Jurnal Science pada tahun 2010 memuat penemuan dan dugaan pembunuhan Mochtar.

Sangkot dan rekan penelitinya lalu membaca ulang sejumlah memoir sejumlah survivor yang telah dibukukan. Mereka juga mewawancarai keluarga dan keturunan Mochtar.

Analisis mengungkap, Mochtar sengaja dikambinghitamkan untuk menutupi kejahatan perang yang dilakukan Jepang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com