Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Inggris Menjadi Lebih Hidup Setelah Dicangkok "Jantung Mati"

Kompas.com - 27/03/2015, 08:22 WIB

KOMPAS.com - Tim dokter bedah di Cambridgeshire, Inggris, berhasil melakukan pencangkokan 'jantung mati' atau yang sudah tidak berdetak lagi kepada seorang pasien yang mengalami gagal jantung.

Jantung untuk keperluan ini biasanya diambil dari orang yang mengalami kematian pada batang otak, tetapi jantung mereka masih berdetak.

Dalam kasus ini, organ berasal dari donor yang jantung dan paru-parunya berhenti berfungsi.

Menurut Rumah Sakit Papworth yang melakukan operasi tersebut, teknik ini bisa meningkatkan ketersediaan organ jantung sebanyak sekitar 25 persen.

Penerima donor tersebut, Huseyin Ulucan, 60 tahun, berasal dari London. Ia mengalami serangan jantung di tahun 2008.

Katanya, "Sebelum operasi, saya tak bisa berjalan dan cepat sekali kehabisan napas. Hidup saya buruk sekali."

Kini ia "gembira" dengan peningkatan kesehatannya sesudah pencangkokan ini.

"Saya merasa lebih kuat, dan saya bisa jalan ke rumah sakit hari ini dengan mudah".

Kekurangan

Dalam 12 bulan terakhir, ada 171 kasus pencangkokan jantung di Inggris Raya.

Namun permintaan melebihi pasokan donor, dan beberapa pasien harus menunggu hingga tiga tahun untuk mendapat organ yang tepat.

Banyak diantara mereka yang meninggal akibat ketiadaan organ tersebut.

Perawatan organ yang akan didonorkan itu dilakukan dengan menggunakan mesin buatan perusahaan Amerika, Transmedic.

Setiap unitnya seharga £150 ribu atau hampir Rp3 miliar, plus £25 ribu (Rp500 juta) untuk pencangkokan per pasien.

Saat ini, hanya ada dua rumah sakit di Inggris Raya yang bisa menggunakan peralatan tersebut.

Tahun lalu, tim dokter di Australia melakukan pencangkokan seperti ini untuk pertamakalinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com