Prakiraan cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berdasarkan pola angin dan hasil penginderaan jauh yang dirilis di situs web-nya mengungkap kondisi yang menyebabkan hujan berdurasi lama itu.
Menurut pola angin, terdapat perlambatan kecepatan gerak udara di utara Laut Jawa. Kecepatan angin di wilayah itu sekitar 10 knot. Dengan wilayah Sumatera, Jawa, hingga Papua yang cenderung lembab, pembentukan awan hujan mudah terjadi.
Tergambar sebagai wilayah berwarna oranye dan merah jingga muda pada hasil pencitraan satelit, suhu puncak awan tebal di atas wilayah Jabodetabek diperkirakan mencapai -100 derajat Celsius.
Perlambatan kecepatan angin yang memicu pembentukan awan tebal itulah yang menyebabkan di wilayah Jabodetabek. Senin hari ini, wilayah Jabodetabek diprediksi terus diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang sepanjang hari.
Berdasarkan pengukuran itu, diketahui reflektivitas di wilayah Jabodetabek berkisar antara 30 - 40 dBZ. Artinya, walaupun berlangsung seharian, intensitas hujan yang mengguyur masih ringan (30-38 dBZ) hingga sedang (38 - 48 dBZ).
Dengan intensitas itu, diperkirakan, setiap jamnya ada 1 - 10 mm air hujan yang terakumulasidi wilayah seluas 1 meter persegi. Air ini yang kemudian diserap tanah, mengalir lewat saluran ke sungai, ataupun menjadi genangan.
Genangan atau banjir di wilayah Jabodetabek setiap hujan tidak selalu terkait dengan hujan itu sendiri. Banjir disebabkan oleh banyak faktor, termasuk kelancaran drainase. Hasil penelitian mengungkap, banjir besar Jakarta tahun 2013 lalu lebih dipicu oleh sampah.