Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awan Kumulonimbus Memicu Fenomena "Bom Hujan" di Australia

Kompas.com - 27/01/2015, 22:51 WIB

KOMPAS.com — Seorang peternak asal Queensland telah mengabadikan fenomena "bom hujan" yang turun dari langit dengan kamera miliknya.

Peter Thompson menyaksikan peristiwa cuaca ini di lahan peternakan miliknya, yang terletak di barat daya negara bagian Queensland, pada Minggu (25/1/2015) sore.

Ia mengatakan, fenomena ini seperti "bola air yang jatuh".

"Saya baru keluar dari traktor, menikmati datangnya hujan, dan bertanya-tanya ketika saya melihatnya. Saya melihatnya lekat-lekat dan berpikir, 'Wah, ini terlihat berbeda', kemudian meraih ponsel saya dan mulai mengambil foto-foto,” ujar Peter.

Ia lantas menceritakan, "Saya hitung dari ketika saya pertama kali melihat bentuk bola itu hingga ia menyentuh tanah, ada sekitar dua menit. Turunnya bola hujan itu sendiri benar-benar cukup cepat. Itu tampak seperti bagian bawah awan telah jatuh."

Biro Meteorologi setempat mengatakan, bom hujan yang diabadikan Peter sebenarnya semacam pergerakan kuat udara yang terjadi secara menurun dari awan kumulonimbus, yang dikenal sebagai microburst.

"Pergerakan udara yang kuat adalah pergerakan udara yang terkonsentrasi, biasanya berlangsung selama 5-15 menit, dan kecepatannya luar biasa tinggi sehingga bisa menyebabkan kerusakan di atas atau di sekitar tanah," sebut situs lembaga tersebut.

"Istilah microburst sendiri digunakan untuk menggambarkan pergerakan udara secara menurun yang menyebabkan kerusakan di area dengan dimensi horizontal, yang kurang dari empat kilometer."

Badan Meteorologi mengatakan, microburst dapat dicirikan dengan kondisi basah atau kering.

"Microburst basah, yang dapat terjadi pada berbagai jenis badai, disertai dengan curah hujan yang signifikan di permukaan tanah," terang lembaga ini.

"Kondisi ini berkembang dalam lingkungan yang ditandai dengan lemahnya angin vertikal dan kelembaban tinggi, yang dibatasi oleh lapisan kering.”

Disebutkan pula, "Dalam microburst kering, curah hujan di permukaan bisa terjadi sangat ringan atau tidak terjadi sama sekali, meskipun virga (curah hujan yang jatuh dari awan, tapi menguap sebelum mencapai tanah) berpotensi muncul."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com