"Masyarakat harus tetap, peka, jeli, dan mampu melihat gejala-gejala alam di lingkunganya," kata Syamsul, di Yogyakarta, Kamis (18/12/2014). "Jangan sampai mengantungkan diri ke alat," tegas dia.
Menurut Syamsul, ada atau tidak ada alat deteksi dini tersebut, masyarakat tetap harus bisa melihat gejala akan adanya longsor di wilayahnya. "Lokasi yang ada tebingnya itu bahaya longsor, masyarakat harus mampu melihat gejala-gejalanya," tegas dia.
Sebanyak 20 alat peringatan dini tanah longsor akan dipasang pada akhir Desember 2014. (Baca: Akhir Desember, 20 Alat Deteksi Dini Longsor Dipasang di Lokasi Rawan). "Januari mendatang akan ada tambahan 20 unit lagi," lanjut Syamsul.
Syamsul bertutur, dalam dialog dengan para korban longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, kejadian tersebut terjadi sangat cepat. "Terdengar suara gemuruh dan setelah itu kurang lebih 1 sampai 5 menit tanah bercampur air sudah menerjang," sebut dia.
Pada 1995, lanjut cerita Syamsul, tanah longsor di Banjarnegara juga sudah menelan 300 korban jiwa. "Memang seperti itu, sejarah selalu terulang. Sebab karakteristik geografinya sama," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.