Itulah salah satu pelajaran yang bisa diambil dari gempa bermagnitudo 7,3 yang terjadi pada Sabtu (15/11/2014) lalu. Gempa terjadi akibat aktivitas di subduksi ganda dengan pusat gempa di lempeng Maluku.
Peneliti gempa Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi (BPPT), Widjo Kongko, membuat simulasi berdasarkan aktivitas subduksi ganda antara Sulawesi Utara dan Maluku.
Berdasarkan riset tim geolog Indonesia pada tahun 2010, subduksi ganda antara Sulawesi Utara dan maluku berpotensi mengakibatkan gempa dengan magnitudo 8,1 dan memicu kejadian tsunami dengan ketinggian maksimal mencapai 5 meter.
Menguraikan hasil simulasinya, Widjo mengatakan, "Dari model dengan skenario 8,1, ternyata tsunami sampai Kalimantan bagian utara."
Kepada Kompas.com, Minggu (16/11/2014), Widjo menerangkan, sejumlah wilayah Kalimantan Timur yang berpotensi terdampak tsunami antara lain Kutai Timur, Berau, Nunukan, dan Bulungan.
Tsunami skala sedang bisa menerjang 2-2,5 jam setelah gempa. Ketinggian 0,5 - 1 meter di perairan dangkal dan mencapai 2 kali lipatnya di pantai.
Potensi tsunami di Kalimantan Timur ini perlu diwaspadai mengingat aktivitas ekonomi yang tinggi di kawasan pesisir. Jangan sampai masyarakat Kalimantan Timur menganggap dirinya bebas dari ancaman gelombang tinggi akibat gempa.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, pemerintah perlu serius menangani soal tsunami.
Sutopo mengungkapkan, sistem peringatan dini saat ini masih minim. "Dari 4.500 km panjang pantai rawan tsunami hanya ada 38 sirine tsunami dari kebutuhan 1.000 sirine. Shelter evakuasi hanya ada 50 unit dari kebutuhan 2.500 unit," katanya.
Sementara itu, banyak masyarakat yang masih perlu edukasi tentang ancaman gempa dan tsunami serta cara mengantisipasinya.
Berdasarkan survei saat gempa Aceh 11 April 2012, 71 persen masyarakat belum pernah ikut pelatihan menghadapi tsunami, 63 persen tidak mendengar sirine tsunami, dan 75 persen masyarakat mengevakuasi diri dengan membawa kendaraan sehingga justru memicu kemacetan.
Subduksi ganda di antara Sulawesi Utara dan Maluku sendiri punya aktivitas seismik tinggi. Dalam rentang waktu 1600 - 1007, ada 2.800 kejadian gempa dan 10 tsunami.