Diberitakan National Geographic, Kamis (30/10/2014), Adam meneliti dua meteorit primitif. Meteorit pertama adalah carbonaceous chondrite yang tertua, seumuran Matahari. Sedangkan meteorit kedua diduga berasal dari asteroid Vesta, berusia 14 juta tahun.
Hasil riset Adam dan rekannya mengungkap bahwa meteorit yang berasal dari Vesta memiliki kesamaan kimiawi dengan carbonaceous chondrites dan batu Bumi. Hal itu bisa jadi indikasi bahwa meteorit carbonaceous chrondrite pun punya air.
"Studi menunjukkan bahwa air di Bumi kemungkinan besar terbentuk pada saat yang sama dengan batuannya. Bumi terbentuk sebagai planet yang basah dengan air di permukaannya," kata Horst Marshcall, geolog WHOI yang juga terlibat riset.
Dengan studi ini, sejarah terbentuknya air jauh lebih tua dari yang diduga. Bila semula diperkirakan bahwa air ada sejak ratusan juta tahun lalu, maka kini diperkirakan air ada sejak 4,6 miliar tahun lalu, saat Tata Surya masih terbentuk.
Sebelumnya diyakini bahwa Bumi lahir sebagai planet yang kering dengan beberapa permukaannya berupa lelehan. Air datang kemudian dibawa oleh asteroid dan komet yang menumbuk permukaan Bumi.
Hasil studi ini tidak langsung menghapuskan kemungkinan adanya air yang dibawa oleh asteroid ataupun komet. Namun, lebih menggarisbawahi bahwa air di Bumi adalah "takdir", bukan hasil kiriman semata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.