Sampah rumah tangga, khususnya sampah kering, sesungguhnya bisa menjadi sumber berkah. Mari menyimak pengalaman Prakoso, salah satu pegiat bank sampah binaan Yayasan
Unilever Indonesia. Pria paruh baya yang sejak 2007 membangun komunitas sistem baank sampah di tempat tinggalnya, kawasan Malaka Sari, Jakarta Timur itu mengatakan sampah justru menjadi sumber uang.
Pengalaman Prakoso menunjukkan, sejak 2007 sampai kini, misalnya, rerata tiap tahun, dirinya dan komunitasnya mampu mengelola hingga 39 ton sampah. Nilai sampah sebanyak itu bisa mencapai Rp 60 juta.
Kendati demikian, mengubah sampah menjadi barang berguna yang mendatangkan uang memang bukan semudah membalik telapak tangan. Ada langkah-langkah yang harus dicapai seseorang menuju pencapaian.
Buku panduan
Bertolak dari proses tersebut, sebagaimana General Manager Yayasan Unilever Indonesia Sinta Kaniawati mengatakan pada Rabu (18/6/2014), buku bertajuk "Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses" disampaikan kepada masyarakat kebanyakan. Buku setebal i+iv dan 48 halaman ini terdiri dari tiga bagian. Bagian 1 mengulas mengenai Sistem Bank Sampah.
Kemudian, Bagian 2 berisi ihwal pendirian & pengembangan sistem bank sampah. Sementara, Bagian 3 berisi sepuluh kisah sukses bank sampah di Indonesia.
Lalu, sepuluh kisah sukses bank sampah di Indonesia menunjukkan sampah perkotaan sejatinya bisa dikelola dengan baik. Contoh-contoh kesuksesan pada buku ini berasal dari sepuluh kota yakni Bank Sampah Wahana Medan, Bank Sampah Malaka Sari Jakarta Timur, Bank Sampah RW 14 Tamansari Atas Bandung, Bank Sampah Mekar Asri Yogyakarta, Bank Sampah Euphorbia Surabaya, Bank Sampah Pertiwi Denpasar, Bank Sampah Morse Banjarmasin, Bank Sampah PJHI Balikpapan, Bank Sampah Pelita Harapan Makassar, dan Bank Sampah Paniki Satu Manado.
Paling penting, kemudian, usai membaca ini adalah menjalankan catatan sebagaimana termaktub di halaman 6 , "Mari Bergerak!" Sungguh, ini pesan paling kuat.