Pada 2029, Suhu Terdingin Jakarta adalah Suhu Terpanas Sebelum Tahun Itu

Kompas.com - 26/02/2014, 03:45 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com — Perubahan iklim dinilai sudah memperlihatkan dampak. Pemanasan global, longsor, dan banjir menempati peringkat pertama bencana alam yang paling banyak menimbulkan kerugian jiwa maupun harta benda.

Kenaikan suhu permukaan bumi juga masih akan terus terjadi. Peningkatan suhu merupakan dampak dari terus bertambahnya emisi karbon. Kondisi ekstrem, misalnya, telah diproyeksikan terjadi di Jakarta pada 2029.

"(Di Jakarta) diprediksi pada 2029 suhu dingin tahun itu merupakan suhu terpanas pada tahun-tahun sebelumnya," kata Koordinator Divisi Administrasi Umum, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Murni Titi Resdiana, di Bengkulu, Selasa (25/2/2014).

Pada 2029 potensi emisi gas di Indonesia mencapai 3,3 gigaton atau 3,3 miliar ton. Perkiraan itu bisa dikurangi menjadi 2,3 gigaton bila hutan dan lahan gambut tetap terjaga.

Saat ini, kata Murni, dampak perubahan iklim juga sudah terjadi. Banjir Jakarta merupakan salah satu di antaranya. Kerugian yang ditimbulkan juga tak sedikit, nilainya mencapai triliunan rupiah.

"Saya tanya ke Pak Jokowi (Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo), apakah benar kerugian akibat banjir yang menimpa Jakarta mencapai Rp 10 triliun. Bila dilihat dan dihitung, bisa jadi angka itu tak salah," kata Murni dalam lokakarya wartawan bertema "Meliput Perubahan Iklim di Bengkulu" yang digelar Lembaga Pers Dr Soetomo.

Selain banjir, longsor adalah bencana alam sebagai dampak perubahan iklim yang juga menimbulkan kerugian besar, bahkan kerugian jiwa. "Longsor menduduki peringkat pertama bencana di Indonesia dengan jumlah korban mencapai 200.000 jiwa," ungkap Murni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau