Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom Temukan Bintang Generasi Kedua Setelah Big Bang

Kompas.com - 10/02/2014, 18:25 WIB

KOMPAS.com - Sejumlah peneliti, termasuk beberapa peneliti Australia, telah menemukan bintang yang hingga saat ini tercatat paling tua di antara bintang-bintang lain yang telah ditemukan. Dengan mendalami bintang ini, mereka bisa mengetahui berbagai kondisi semesta lebih dari 13 miliar tahun lalu.

Bintang tersebut dinamakan SMSS J031300.362670839.3 dan dilaporkan merupakan salah satu bintang generasi kedua setelah peristiwa ledakan besar big bang.

Penemuan tersebut dilaporkan dalam jurnal Nature.

Menurut penulis laporan itu Dr Stefan Keller, generasi pertama bintang yang terbentuk setelah peristiwa ledakan big bang mengandung hidrogen, helium dan sedikit lithium.

"Bintang-bintang tersebut terbuat dari gabungan hidrogen dan helium, hingga mereka berukuran amat besar, dengan massa beratus kali lipat lebih besar dari matahari," ucap Keller, yang saat ini meneliti di Australian National University.

"Saat kita punya bintang yang begitu besar, hidupnya pendek. Mereka akan meledak dalam peristiwa supernova dan mulai menjadi cikal bakal bagian semesta lainnya," jelasnya.

Ledakan tersebut mengandung elemen-elemen yang lebih berat, seperti karbon, silikon dan unsur besi.

"Begitu ada sedikit besi di semesta, bintang-bintang yang jauh lebih kecil akan terbentuk. Inilah yang kita lihat dalam temuan ini - salah satu bintang dari generasi kedua," jelas Kellar.

Bintang yang baru ditemukan ini terdapat di pinggiran Bimasakti, sekitar 6.000 tahun cahaya dari bumi. Dengan mengamati bintang ini, para ilmuwan bisa mendapat gambaran kondisi semesta lebih dari 13, 7 miliar tahun lalu.

"Bintang-bintang adalah kapsul waktu kecil. Saat mereka terbentuk, mereka menangkap bongkahan gas dari masa di mana mereka terbentuk. Saat kita menemukan bintang yang amat tua, berarti kita menemukan sampel semesta yang mendekati masa di mana bima sakti tengah terbentuk," jelas Keller.

Dari gambaran yang terlihat, tampak bahwa supernova atau ledakan bintang yang membentuk bintang tersebut amat berbeda dengan supernova-supernova yang terlihat di masa kini.

"Supernova biasanya menyebarkan unsur besi dan berbagai zat lain dalam jumlah besar, namun supernova yang satu ini tampaknya tak melepaskan unsur besi. Ledakan tersebut melepaskan sedikit magnesium dan banyak karbon," kata Keller.

Hingga, para peneliti menyimpulakn bahwa supernova pertama merupakan ledakan dengan kadar energi rendah, yang mengakibatkan terbentuknya lubang hitam (black hole).

"Meskipun [ledakan tersebut] cukup kuat hingga bisa menguraikan bintang awal, hampir seluruh elemen berat, seperti besi, dikonsumsi oleh lubang hitam yang terbentuk di inti ledakan," ucap Keller.

Hingga bintang tersebut mengandung kadar besi rendah.

Tim peneliti saat ini mengumpulkan data dari teleskop-teleskop besar di Chile untuk membangun gambaran bintang yang lebih rinci.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com