Observasi selama berbulan-bulan oleh astronom dan astronom amatir menunjukkan bahwa ekor debu komet itu terus tumbuh memanjang, hampir sama dengan diameter piringan Bulan saat purnama.
Seperti namanya, ekor debu terdiri atas debu yang seperti dibuang ke belakang dari bola komet atau koma seiring pergerakan komet dan pengaruh cahaya Matahari. Ekor debu biasanya berbentuk kurva atau melengkung dan bisa merentang hingga puluhan juta kilometer.
Dalam foto hasil observasi Damian Peach, Rabu (6/11/2013), diketahui bahwa ISON memiliki ekor baru. Bukan ekor debu, melainkan ekor gas atau ion. Ekor ini terdiri atas partikel bermuatan dan gas seperti karbon dioksida dan karbon monoksida.
Pengaruh angin Matahari atau "embusan" partikel bermuatan dan sinar UV biasanya membuat ekor ion tampak sebagai garis lurus. Namun, perubahan intensitas dan medan magnet akibat partikel bermuatan bisa mengubah bentuknya.
ISON juga tampak makin terang. Menurut King, pada Selasa (5/11/2013), ISON sudah teramati dengan magnitudo 8,5. Menurut perkiraan, pada 28 November 2013 nanti, ISON akan mencapai magnitudo -3 hingga -5. Artinya, ISON bisa terlihat di siang hari.
Komet ISON bearsal dari wilayah yang disebut Awan Oort. ISON termasuk komet yang memiliki orbit lama, lebih dari 200 tahun. Perjalanan ISON dari Awan Oort hingga Tata Surya sendiri memakan waktu ribuan tahun.
Pada 28 November 2013 nanti, ISON diperkirakan akan mencapai titik terdekat dengan Matahari. Saat itu, ISON akan tampak sangat terang. Komet itu diprediksi akan menjadi komet paling terang dalam setengah abad terakhir.
Komet ISON ditemukan oleh astronom Vitali Nevski dan Artyom Novichonok dari Rusia. Nama ISON diambil dari nama fasilitas yang digunakan untuk menemukannya, International Scientific Optical Network (ISON).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.