Penemuan secara kebetulan itu dimasukkan dalam Guiness Book of Records edisi tahun 2014 yang baru saja diterbitkan.
Peneliti dari Cornell University dan University of Ulm di Jerman yang berperan dalam penemuan gelas tertipis ini sebelumnya tengah membuat graphene, salah satu material paling tipis dan kuat di dunia.
Mengamati dengan mikroskop elektron, ilmuwan menemukan "kotoran" dalam graphene yang mereka buat. Ilmuwan kemudian menyadari bahwa "kotoran" itu adalah lapisan dua dimensi gelas yang tersusun atas silikon dan oksigen.
Lapisan gelas tersebut terbentuk ketika udara yang bocor menyebabkan lapisan tembaga, yang juga digunakan dalam membuat graphene, bereaksi dengan prapen yang tersusun atas kuarsa, mineral yang terdiri atas silikon dan oksigen.
Hasil observasi ilmuwan pertama kali dideskripsikan dalam jurnal Nano Letters yang terbit Januari 2012.
Penemuan gelas tertipis ini memberi petunjuk kepada ilmuwan tentang karakteristik gelas yang masih menjadi teka-teki.
Atom dalam zat padat biasanya tersusun sec gara teratur. Namun, tidak demikian dengan gelas. Walau berbentuk padat, atom gelas tersebar tak beraturan, menyerupai susunan atom dalam zat cair.
Struktur gelas dua dimensi yang terobservasi oleh ilmuwan dalam penemuan ini model teoretis struktur gelas yang tak beraturan yang dibuat pada tahun 1930an.
"Ini adalah pertama kali orang bisa melihat struktur atom dalam gelas," kata David Muller, profesor teknik fisika dari Cornell University, seperti dikutip Livescience, Kamis (12/9/2013).
Penemuan ini ke depan juga akan bermanfaat bagi pengembangan nanoteknologi dan teknologi transistor.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.