Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agfor Fokus Konservasi di Kayu Loe

Kompas.com - 27/06/2013, 20:25 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis


BANTAENG, KOMPAS.com - Beberapa wilayah di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, mengalami penurunan fungsi lahan pertanian. Penurunan fungsi lahan tersebut, diakibatkan oleh beberapa hal, terutama penggunaan lahan yang tak seharusnya untuk tanaman pertanian.

Hal itulah yang dialami oleh Desa Kayu Loe, Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, yang menjadi salah satu wilayah garapan Agfor Sulawesi (Agroforestry and Forestry in Sulawesi). Dalam pelaksanaannya, proyek Agfor Sulawesi dilaksanakan oleh World Agroforestry Center atau dikenal dengan nama Icraf didukung oleh Center for International  Forestry Research (CIFOR), Sahabat Alam Bantaeng (Balang), Pemerintah Daerah dan mitra lokal.

Mulus Surgana dari Icraf, mengatakan penurunan fungsi lahan banyak diakibatkan oleh pola intensitas pertanian yang kurang baik. "Yang terjadi di Kayu Loe adalah intensitas penanaman holtikultura yang terus menerus tanpa memperhatikan ketahanan tanah," kata Mulus di Kantor Desa Kayu Loe, Bantaeng, Kamis (20/6/2013).

Misalnya, ujar Mulus, penanaman jagung terus menerus. Hal tersebut mengakibatkan tanah tergerus oleh air. Sehingga lapisan tanah atas yang paling subur dan mengandung unsur hara tersebut hilang, menyisakan lapisan tanah bawah yang mengandung sedikit unsur hara.

Ditambah lagi, penggunaan pupuk kimia yang berlebihan juga akan mengurangi daya dukung lahan. Maka dari itu, digelar mini workshop untuk masyarakat desa Kayu Loe mengenai rencana tata guna lahan yang ada di desa pada Kamis (20/6/2013).

KOMPAS.com/Fitri Prawitasari Topografi perbukitan di desa Kayu Loe Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan

Pada workshop yang dihadiri oleh masyarakat serta para pemangku kepentingan desa, didiskusikan tentang tanaman apa saja yang memungkinkan untuk ditanam pada lahan yang dimiliki desa.

Philip Manalu dari Cifor mengatakan mini workshop merupakan salah satu cara yang ditempuh oleh Agfor untuk mengkonservasi lahan yang ada di desa dengan mengajak penduduk desa bersama-sama menghidupkan kembali lahan mereka. Hal tersebut akan berimbas kepada perekonomian penduduk karena sebagian masyarakat desa bermata pencaharian sebagai petani dengan memanfaatkan lahan desa yang ada.

"Karena Agfor itu berfokus pada tata guna lahan. Bagaimana caranya? yakni dengan diperkuat kelembagaannya yang mengurusi pemanfaatan lahan di daerah. Diatur mekanismenya seperti apa, dipilih jenis-jenis yang sesuai dengan kondisi lahan juga topografinya," kata Philip.

"Mulai dari benih, perlakuan terhadap benih, pengaturan jarak tanam, pemangkasan cabang hingga saat panen itu semuanya diperhatikan. Jenis tanaman yang ditanam juga dipilih yang bisa memberi penghidupan bagi masyarakat," lanjutnya.

Untuk menjalankan program ini, pihak Agfor memerlukan kerjasama dari pemerintah berupa pembinaan dan pengawasan yang melekat dan partisipatif kepada masyarakat. "Dengan memfasilitasi proses-proses yang bertujuan untuk memperbaiki lahan-lahan yang terdegradasi, memberikan kemudahan informasi sumber benih. Misalnya jenis tanaman dan cara tanam juga asas-asas keuangan bagi petani. Bagaimana mengatur keuangan yang mereka terima setelah
panen untuk menghadapi musim tanam berikutnya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com