Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tambang Emas Rusak DAS Batanghari

Kompas.com - 20/05/2013, 14:55 WIB

DHARMASRAYA, KOMPAS.com - Aktivitas tambang emas secara liar di Daerah Aliran Sungai Batanghari, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Minggu (19/5/2013), terus berlangsung sepanjang hari. Di aliran sungai yang melintasi Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, tambang emas dilakukan dengan menyedot pasir yang kemudian disaring dan dipisahkan emasnya menggunakan air raksa.

Akibat penyedotan pasir dengan mesin yang selangnya cukup besar itu, sejumlah cerukan di bagian sungai muncul. Di bagian lain terlihat gundukan material pasir dan aliran sungai yang berubah berwarna coklat keruh. Padahal, tak jauh dari lokasi tersebut warga tampak mencuci pakaian. Ia tampak tak terganggu oleh aktivitas penambangan yang merusak lingkungan tersebut.

Salah seorang warga Nagari Siguntur, Abdul Wahab (44), mengatakan, aktivitas penambangan emas tersebut marak sejak sekitar lima tahun lalu. Sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari, yang dulunya jernih, kini berubah agak kecoklatan. ”Dulu juga masih banyak ikan, tetapi sekarang sulit didapat,” katanya.

Salah seorang tokoh masyarakat Dharmasraya, Pandong Spenra, mengatakan, aktivitas penambangan emas secara liar mulai terjadi setelah dilakukan operasi penertiban terhadap aktivitas pembalakan liar di hutan sehingga sebagian pelaku pembalakan liar beralih menjadi pelaku penambangan emas liar.

Hingga kini, lanjut Pandong, sebagian besar masyarakat juga belum merasakan dampak buruk dari aktivitas tambang terhadap lingkungan dan kesehatan. Sebab itu, operasi penertiban yang terkesan kurang serius juga diabaikan masyarakat.

Koordinator Divisi Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Barat Desriko menambahkan, pencemaran logam berat di aliran sungai tersebut sudah tergolong parah.

Di Belitung, menyikapi pidato Bupati Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Darmansyah Husein, yang menyebutkan Pantai Tanjung Pendam yang menjadi lokasi festival Pantai Belitung merupakan kawasan wisata buatan, warga menilai hal itu digunakan sebagai alasan untuk mencari celah dilakukannya upaya tambang di kawasan laut.

”Bukan untuk reklamasi, melainkan untuk mengeruk pasir timah di dasar laut,” ujar Toni (28), seorang pemuda Belitung. Pernyataan Toni juga didukung warga lain. (ink/raz)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com