OSLO, KOMPAS.com — Sampai 750 juta tahun yang lalu, daratan di Bumi hanya terdiri dari satu benua sangat besar yang bernama Rodinia.
Benua itu mengalami pergeseran dan pergerakan terus-menerus sampai menjadi benua modern seperti sekarang ini. Salah satu penyebab terjadinya "perpecahan" benua adalah peristiwa letusan gunung berapi yang terjadi 9 juta tahun lalu.
Salah satu kondisi yang bisa menggambarkan keadaan saat itu adalah jarak India dan Madagaskar. Saat itu, India adalah tetangga Madagaskar. Berbeda dengan saat ini, keduanya terpisah ribuan kilometer.
Baru-baru ini, peneliti dari University of Oslo berhasil menemukan bukti keberadaan benua purba tersebut. Mereka menemukan bukti keberadaan semenanjung Mauritia yang menghubungkan daratan India dengan daratan Mauritius di masa lampau.
Tim peneliti yang diketuai Prof Trond Torsvik dari University of Oslo, Norwegia, menemukannya berdasarkan hasil analisis kandungan material dari sampel butiran pasir yang diambil dari pantai di Mauritius.
"Dari ekstraksi sampel pasir pantai yang kami miliki, kami menemukan kandungan zircon. Kandungan ini adalah sesuatu yang hanya ditemukan pada kerak benua. Kandungan ini menunjukkan usia yang sangat tua," kata Torsvik, yang dikutip oleh BBC, Senin (25/2/2013).
Kandungan zircon berusia antara 1.970 dan 600 juta tahun. Tim berpendapat, kandungan ini merupakan ciri keberadaan daratan purba yang terangkat ke permukaan karena ledakan gunung berapi.
Dengan adanya temuan ini, Torsvik percaya kalau potongan daratan Mauritia berada kira-kira 10 km di bawah permukaan Mauritius dan di dasar Samudra Hindia. Ia juga meyakini bahwa masih ada benua purba "pecahan" yang masih bertahan sampai saat ini.
"Seychelles tersusun dari batuan granit, yang ada di kerak bumi, yang saat ini dapat ditemukan di tengah-tengah Samudra Hindia," ungkap Torsvik.
"Pada masa lalu, Ia terletak di atas Madagaskar, dan mungkin ukurannya jauh lebih besar. Masih banyak lagi pecahan-pecahan dunia purba yang bisa kita temukan," tambahnya.
"Kami membutuhkan data seismik yang dapat menggambarkan mengenai struktur (dari benua purba), yang akan menjadi bukti paling kuat. Anda bisa saja menggalinya dari dasar Bumi, tapi biayanya akan sangat besar," urai Torsvik lagi.
Ia juga menambahkan bahwa masih diperlukan lebih banyak kajian untuk menggali informasi mengenai apa yang tersisa dari benua yang hilang ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.