Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Musim Hujan, Tanpa Hujan

Kompas.com - 04/02/2013, 11:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian hari pada puncak musim hujan Januari-Februari ini di Jakarta tanpa hujan. Modifikasi cuaca menjadikan hujan yang semestinya jatuh di Jakarta dan sekitarnya dialihkan ke laut.

”Belum ada perubahan dari jadwal yang ditetapkan,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Minggu (3/2/2013), di Jakarta.

BNPB bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menetapkan jadwal modifikasi cuaca untuk mengurangi curah hujan di Jakarta dan sekitarnya pada 26 Januari hingga 25 Maret.

Hingga Sabtu pekan lalu sudah disemaikan 56,4 ton garam dapur (natrium klorida/NaCl) di udara melalui 14 sorti penerbangan pesawat Hercules dan Cassa 212-200. Modifikasi cuaca juga dilakukan dengan mengganggu pertumbuhan awan menggunakan pembakaran flare seperti kembang api yang memiliki kandungan garam dapur. Sebanyak 36 flare sudah dioperasikan di 13 lokasi ground based generator.

”Metode-metode tersebut sudah diterapkan secara internasional dan berdampak mengurangi lebih dari 30 persen curah hujan,” kata Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo.

Berdampak negatif

Meskipun demikian, peneliti pada Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Robert Delinom, menilai, modifikasi cuaca selama dua bulan mengalihkan hujan dari Jakarta dan sekitarnya berdampak negatif. Hal itu mengurangi resapan air hujan, mengurangi debit sungai, dan mengurangi sediaan air bagi tanaman.

”Modifikasi cuaca untuk sesaat tidak akan jadi masalah, tetapi dalam dua bulan sama saja menjadikan Jakarta kemarau,” kata Robert.

Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengatakan, modifikasi cuaca semestinya tidak perlu hingga dua bulan lamanya. Ia mengusulkan, modifikasi cuaca supaya berlangsung hingga pertengahan Februari saja.

”Sesuai musimnya, hujan lebat yang bisa mengakibatkan banjir di Jakarta diperkirakan berlangsung hingga pertengahan Februari,” kata Edvin.

Peneliti pada Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika pada Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas, mengatakan, berkurangnya pasokan air resapan ke dalam tanah di Jakarta berdampak terhadap menguatnya laju penurunan tanah. Berdasarkan riset pada tahun 2012, laju penurunan tanah paling tinggi berada di beberapa wilayah di Jakarta Utara

”Laju penurunan muka tanah di Jakarta sudah saatnya dihentikan,” kata Heri. (NAW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com