JAKARTA, KOMPAS.com -- Populasi spesies mamalia besar yang paling rentan kepunahan di Indonesia, badak jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus), menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, meski lajunya lambat. Peningkatan populasi ini membawa konsekuensi perlunya habitat kedua bagi badak bercula satu itu yang kini hanya ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
"Peningkatan populasi membawa konsekuensi peningkatan kebutuhan pakan dan areal. Di Ujung Kulon, habitat badak terus terdesak oleh tanaman invasif langkap (Arenga obtusifolia). Karena itu pembinaan habitat perlu dilakukan," ungkap Anwar Purwoto, Direktur Kehutanan WWF Indonesia, Kamis (8/11/2012) di Jakarta.
Ia mengatakan, pembinaan habitat bisa dilakukan dengan membersihkan langkap. Langkah ini akan memulihkan keseimbangan ekosistem dan akhirnya tumbuh tanaman yang dibutuhkan badak.
Selain pembinaan habitat, badak jawa membutuhkan habitat kedua. Dalam Strategi Rencana Aksi Badak Indonesia 2007 tertulis, pada tahun 2015 ditargetkan terdapat dua habitat badak jawa dan satu suaka.
Anwar mengungkapkan, WWF Indonesia telah mengkaji empat lokasi calon habitat baru fauna yang diprediksi pernah menjelajahi hutan-hutan di Jawa Barat dan Banten itu. Empat lokasi itu adalah Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun - Salak, Cagar Alam Sancang, dan Cikepuh.
"Kajian pada lokasi ini masih sangat umum. Butuh 1-2 tahun lagi untuk memastikan mana habitat kedua yang cocok bagi badak jawa," paparnya.
Persiapan yang panjang dan matang ini, menurut Anwar, penting untuk meyakinkan lokasi itu menyediakan pakan, alam, dan kondisi yang mendukung kelangsungan hidup badak jawa. Pemilihan lokasi secara tergesa-gesa dikhawatirkan membuat pilihan tidak tepat dan badak jawa tidak bertahan hidup di tempat baru.
Selain memilih lokasi habitat kedua, WWF Indonesia juga perlu memikirkan teknis pemindahan badak jawa dari Ujung Kulon ke tempat baru (translokasi). Badak jawa yang hidup soliter di dalam hutan-hutan lebat, bukan di savanna, seperti badak Afrika, menjadi kendala utama.
"Kami akan belajar translokasi di India. Mereka sudah banyak melakukan translokasi badak," ungkap Anwar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.