KOMPAS.com - Terobosan untuk menciptakan varietas padi unggul terus dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Salah satu hasil pengembangan LIPI adalah varietas unggul padi gogo yang tahan terhadap kekeringan.
Langkah ini dilakukan guna mendongkrak kapasitas produksi padi nasional dengan memanfaatkan lahan kering. Padi akan berproduksi sepanjang tahun tanpa terhalangi adanya musim kering. Harapannya adalah ketahanan pangan nasional akan terus terjaga.
Sidang Tim Pelepas dan Penilai Varietas (TP2V) Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian pada 27 Desember 2011 menyetujui usulan pelepasan galur padi gogo IR 79971-B-191-B-B dan IR 79771-B-227-B-B hasil pengembangan Dr. Enung Mulyaningshih, M. Si dari Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI menjadi padi varietas unggul.
Setelah dilakukan pengujian selama dua tahun di 17 lokasi berbeda di seluruh Indonesia, dua galur padi gogo LIPI tersebut ditetapkan menjadi padi varietas unggul bersama dengan galur padi dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian dan Universitas Jenderal Soedirman.
“Galur padi gogo LIPI bersaing dengan galur dari Universitas Mataram, Universitas Jenderal Soedirman, Institut Pertanian Bogor, dan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Kementerian Pertanian ,” terang Enung.
Galur padi gogo temuan LIPI ini rata-rata mampu menghasilkan gabah sebanyak 8,4 ton per hektar. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan varietas unggul sebelumnya yakni Situ Patenggang dan Batutegi. Selain itu, kedua galur padi gogo LIPI juga toleran terhadap kekeringan, penyakit blas (penyakit yang diakibatkan cendawan) dan keracunan alumunium. Menurut Enung, tiga hal tersebut merupakan permasalahan besar bagi padi gogo.
Merunut ke belakang, pencarian varietas padi unggul tahan kering tersebut sebenarnya bekal untuk menghadapi pemanasan global. Maklum saja, sebelum ada varietas unggul padi gogo tersebut para petani masih mengandalkan padi tanam biasa.
Petani masih enggan menanam padi gogo karena produktivitasnya dan harga jual yang rendah. Ditambah lagi, padi gogo memiliki rasa yang kurang enak. Setelah kemunculan varietas unggul ini, diharapkan petani mulai beralih ke jenis padi gogo ini untuk menggenjot produksinya.
Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI lainnya, Dr. Satya Nugroho, memaparkan bahwa pihaknya menggunakan pendekatan dengan melihat gen padi yang bisa beradaptasi dengan kondisi kering untuk mencari padi unggul yang toleran sekaligus enak rasanya. Gen tersebut dimanipulasi untuk membuat varietas yang lebih toleran terhadap kekeringan.
Dengan cara konvensional, penciptaan varietas unggul baru lewat persilangan perlu waktu paling cepat 10 tahun sebab ada proses backcross (mengawinkan hibrid dengan salah satu induknya). Hal tersebut dilakukan beberapa generasi untuk memastikan hanya sifat unggul yang pindah, bukan sifat yang tidak menguntungkan.
Aplikasi bioteknologi akan mempercepat proses mendapatkan varietas unggul. Apabila kandidat gen sudah di tangan, bisa langsung diintroduksikan ke padi tanpa perlu backcross untuk menghilangkan sifat yang tak diinginkan.
"Satu tahun sudah bisa, tinggal uji lapangan dan multilokasi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.