Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Masalah Homoseksual Minta Maaf

Kompas.com - 22/05/2012, 23:20 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Psikiater kondang yang melakukan studi kontroversial tentang homoseksual meminta maaf atas hasil penelitian yang diakuinya kurang akurat.

Pada tahun 2003, Robert Spitzer, sang psikiater yang waktu itu masih bekerja di New York State Psychiatric Institute, memublikasikan hasil riset di Archives of Sexual Behavior. Riset menyatakan bahwa para homoseks bisa menjadi straight dengan pengondisian dan pendekatan spiritual.

Spitzer mengambil kesimpulan dalam studi setelah mewawancarai 200 orang laki-laki dan perempuan yang menjalani terapi reorientasi seksual di pusat terapi seperti Exodus International yang berbasis di Florida.

Dalam wawancara, Spitzer menanyakan secara mendalam lewat telepon tentang seksualitas, perasaan dan perilaku sebelum dan sesudah menjalani terapi.

"Mayoritas narasumber melaporkan bahwa mereka berubah dari dominan dan absolut homoseksual sebelum terapi menjadi dominan atau absolut heteroseksual sesudah terapi," tulis Spitzer dalam papernya 9 tahun lalu.

Hasil riset Spitzer dipresentasikan dalam pertemuan tahunan psikiater pada tahun 2001 dan langsung mendapatkan reaksi keras.

Alasan pertama, pada tahun 1973, Spitzer sendirilah yang turut berjasa menghapuskan homoseksual dari daftar gangguan mental yang disusun American Pyschiatric Association. Mengapa kemudian Spitzer lewat studi menyatakan bahwa homoseksual bisa disembuhkan?

Kedua, studi Spitzer memiliki kecacatan. Studi didasarkan pada apa yang dirasakan orang beberapa lama sebelumnya, yang bisa jadi tak tepat. Studi juga tak menyebut terapi tertentu, hanya setengah dari orang yang diwawancarai berhubungan dengan terapis sementara lainnya berhubungan dengan agamawan maupun terapi mandiri.

Beberapa kalangan sempat memperingatkan agar studi Spitzer tak dipublikasikan, namun akhirnya Spitzer memilih menerbitkannya.

Spitzer akhirnya meminta maaf atas hasil studinya setelah membaca beragam komentar dan pertanyaan yang ditujukan padanya. Butuh waktu 11 tahun baginya untuk meminta maaf, terhitung dari tahun 2001.

"Setelah saya membaca semua komentar, Saya mengetahui bahwa ini masalah, masalah besar, dan saya tak bisa menjawab. Bagaimana Anda tahu seseorang telah benar-benar berubah," ungkapnya seperti dikutip New York Times, Jumat (18/5/2012) lalu.

Spitzer menuliskan permintaan maafnya di jurnal yang sama beberapa waktu lalu dan mengakui beberapa kelemahan dalam studinya.

Seperti dikutip New Scientist, Selasa (22/5/2012), Spitzer menuturkan, "Saya percaya saya berhutang maaf pada komunitas gay atas studi yang menghasilkan klaim tak terbukti tentang kemanjuran terapi reparatif."

Permintaan maaf Spitzer muncul di tengah upaya presiden Amerika Serikat untuk mengakui pernikahan antarhomoseksual.

Di sisi lain, permintaan maaf Spitzer menunjukkan bahwa homoseksual memang bukan penyakit dan tak perlu disembuhkan. Homoseksual telah ditemukan pada ribuan spesies sehingga menegaskan bahwa ia adalah alamiah dan harus diakui keberadaannya.

Permintaan maaf Spitzer menunjukkan perlunya prinsip ilmiah dalam memahami masalah yang ada dan bahwa peneliti harus berani mengakui kesalahan yang dilakukannya sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com