JAKARTA, KOMPAS.com - Hari ini, Minggu (8/4/2012) adalah perayaan Paskah. Dalam tradisi Kristiani, Paskah diperingati sebagai hari kebangkitan Yesus Kristus, 3 hari setelah wafat disalibkan.
Momen Paskah tidak hanya menarik sebagai perayaan keagamaan. Paskah juga bisa menjadi momen untuk memahami betapa banyak pengaruh Bulan dalam kebudayaan manusia, termasuk dalam keagamaan.
Seperti halnya Idul Fitri yang dirayakan umat Islam, Paskah juga ditentukan dengan kalender Bulan. Bedanya, Paskah menggunakan Purnama sebagai patokan, bukan hilal atau bulan baru.
Konsili Nicea I pada tahun 325 menetapkan bahwa Paskah jatuh setiap hari Minggu setelah Purnama pertama pada musim semi. Bila Purnama jatuh pada hari Minggu, maka Paskah adalah hari Minggu berikutnya.
Misalnya, jika purnama terjadi Jumat (6/4/2012), maka Paskah adalah Minggu (8/4/2012). Namun, bila Purnama terjadi Minggu (8/4/2012), maka paskah adalah Minggu (15/4/2012).
Merujuk pada keterangan "Purnama setelah musim semi", maka jelas bahwa penentuan Paskah pun memperhitungkan gerak semu Matahari yang menyebabkan fenomena 4 musim di negara subtropis.
Dalam penanggalam Paskah, acuan yang digunakan adalah musim semi di belahan Bumi Utara. Di sana, musim semi kira-kira dimulai tanggal 21 Maret, saat Matahari tepat di khatulistiwa.
Berdasarkan perhitungan musim semi dan purnama pertama di musim itu, maka dapat dipastikan bahwa Paskah akan selalu jatuh antara tanggal 22 Maret - 25 April.
Terakhir Paskah jatuh tanggal 22 Maret adalah tahun 1818, berikutnya adalah tahun 2285. Sementara, terakhir Paskah jatuh tanggal 25 April adalah tahun 1943, berikutnya adalah tahun 2038.
Diketahui, Paskah paling sering terjadi tanggal 19 April. Tanggal Paskah sendiri akan mengalami siklus yang berulang tepat setiap 5.700.000 tahun.
Situs Space.com menguraikan bahwa purnama yang dipakai sebagai acuan penanggalan Paskah disebut Paschal Full Moon (PFM). Tahun ini, PFM jatuh pada Jumat (6/4/2012), jadi Paskah adalah Minggu hari ini.
Purnama Gerejawi
Walau astronomi menjadi dasar penentuan Paskah, dalam kenyataannya penentuan Paskah tak selalu patuh pada astronomi semata. Gereja mengembangkan Purnama Gerejawi sebagai acuan utama penentuan Paskah.
Situs Langitselatan.com menguraikan bahwa Purnama Gerejawi adalah siklus Bulan imajiner yang diperhitungkan secara matematis. Purnama Gerejawi tak selalu sama dengan PFM secara astronomis.
Pengembangan Purnama Gerejawi didasarkan pada kenyataan sulitnya menentukan purnama secara global. Contoh adalah soal waktu, bila purnama jatuh hari Minggu di Sydney, maka di London masih hari Sabtu.
Bila purnama astronomis diaplikasikan secara mentah-mentah, maka boleh jadi Paskah di satu negara dengan negara lainnya akan jatuh di hari yang berbeda.
Pengaruh Purnama Gerejawi sangat terasa pada Paskah tahun 1981. Purnama secara astronomis jatuh pada Minggu (19/4/1981), jadi seharusnya Paskah jatuh pada (26/4/1982). Namun, gereja menetapkan bahwa Paskah jatuh pad Minggu (19/4/1981).
Berdasarkan perhitungan Purnama Gerejawi, maka perayaan Paskah ditetapkan pada hari Minggu Pertama setelah Purnama Gerejawi pertama pada musim semi.
Pada konsili Vatikan II tahun 1963, ada usulan agar perayaan Paskah ditetapkan harinya. Minggu kedua bulan April adalah waktu yang paling banyak diusulkan. Namun, sampai sekarang isu tersebut masih dibahas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.