Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Pesut Mati di Paloh

Kompas.com - 27/03/2012, 21:04 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

PONTIANAK, KOMPAS.com - WWF-Indonesia Program Kelautan dalam 10 bulan terakhir mencatat tiga ekor pesut yang mati di kawasan peneluran penyu di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

"Temuan terakhir pada Sabtu (24/3/2012) lalu, di Pantai Selimpai, Paloh. Dua lainnya pada Mei dan Desember tahun lalu," kata peneliti pesut dari WWF - Indonesia, Dwi Suprapti di Pontianak, Selasa (27/3/2012).

Menurut dia, pesut atau Orcaella brevirotris yang mati terakhir panjangnya sekitar 1,5 meter. Ia memperkirakan pesut itu masih dalam masa penyapihan oleh induknya pada usia antara dua hingga tiga tahun namun terjaring oleh nelayan setempat tanpa sengaja.

"Pesut tidak mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jaring plastik yang tipis dan bening sehingga ia ikut terjaring nelayan yang mencari ikan maupun udang," kata Dwi Suprapti.

Pesut di perairan Paloh memang terancam oleh aktivitas perikanan masyarakat. Berbeda dengan pesut di perairan Kubu Raya yang terancam oleh perubahan habitat tempat tinggal mereka.

Kepala Seksi Konservasi dan Pendayagunaan Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak, Kris Handoko mengatakan, perlu ada penegasan antara pesut di Kalbar dengan Kaltim.

"Pesut termasuk hewan yang dilindungi secara internasional. Di Kaltim, pesut termasuk hewan air tawar, sedangkan di Kalbar di air asin dan tawar," kata Kris Handoko.

Pesut, lanjut dia, butuh 14 bulan untuk hamil sebelum melahirkan satu ekor anak saja. Kemudian, anak pesut itu disapih dua sampai tiga tahun.

"Masa-masa inilah yang sangat rentan," ungkapnya.

Dwi menambahkan, pesut berfungsi sebagai petunjuk alami bagi nelayan bahwa di suatu kawasan banyak terdapat ikan maupun udang-udangan.

Secara ekonomis, pesut nilainya rendah karena tidak termasuk hewan yang diburu.

"Namun, pesut dapat menjadi salah satu daya tarik wisata seperti di Kaltim. Sehingga membantu perekonomian nelayan kalau mereka tidak melaut ketika cuaca buruk," jelas Dwi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com