Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asal Usul Manusia Berjalan Tegak

Kompas.com - 27/03/2012, 05:28 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

WASHINGTON, KOMPAS.com — Tim peneliti dari Amerika Serikat, Portugal, dan Jepang berhasil menemukan asal usul mengapa manusia berjalan tegak. Temuan mereka dipublikasikan di jurnal Current Biology yang terbit pada Maret 2012.

Untuk mengungkapnya, peneliti mempelajari perilaku simpanse modern. Simpanse menggambarkan nenek moyang manusia pada 6 juta tahun lalu yang kemudian berevolusi.

Dua studi dilakukan. Studi pertama dilakukan di laboratorium lapangan Kyoto University, di hutan Bossou. Simpanse diberi pilihan makanan berupa biji kelapa sawit dan biji coula.

Perilaku simpanse dimonitor dalam tiga situasi. Pertama, saat hanya ada biji kelapa sawit. Kedua, saat hanya ada biji coula, dan saat biji coula melimpah.

Sementara itu, studi kedua dilakukan oleh Oxford Brookes University selama 14 bulan terhadap simpanse hutan Bossou. Simpanse harus berkompetisi mendapatkan sumber daya yang terbatas.

Hasil studi pertama menemukan bahwa kacang coula dipandang lebih berharga bagi simpanse. Primata tersebut mati-matian berusaha agar mendapatkannya.

Dalam kompetisi mendapatkan coula, simpanse semakin sering berjalan dengan dua kaki. Cara ini memungkinkan simpanse bergerak sekaligus membawa coula lebih banyak, bahkan dengan mulutnya.

Studi kedua mendapati bahwa 35 persen simpanse berjalan tegak. Hal ini juga terkait dengan kemampuan membawa muatan makanan lebih banyak dengan berjalan tegak.

Seperti diberitakan Science Daily, Jumat (23/3/2012), aktivitas berjalan dengan dua kaki simpanse inilah yang kemudian memicu evolusi hingga terciptalah manusia yang berjalan tegak.

"Sesuatu yang sederhana seperti aktivitas membawa muatan tiap hari, mungkin, dalam kondisi tertentu, memicu manusia berjalan tegak dan membuat nenek moyang kita semakin jauh meninggalkan bangsa kera lain yang kemudian menciptakan bangsa kita," ungkap Brian Richmond dari George Washington University, peneliti yang terlibat dalam riset ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com