PARIS, KOMPAS.com - Cryogenic high-resolution Infrared Echelle Spectrograph (CRIRES) dan Very Large Telescope (VLT) European Southern Observatory (ESO) kini bisa menyuguhkan data yang memungkinkan ilmuwan untuk mengetahui wajah Matahari dilihat dari Pluto.
Pluto diketahui merupakan planet kerdil yang jaraknya 40 kali lebih jauh dari jarak Bumi-Matahari. Benda langit ini sempat dikategorikan sebagai planet di Tata Surya. Karena ukuran dan orbitnya, mulai tahun 2006 Pluto lantas dikategorikan sebagai planet kerdil.
Dengan menganalisis data dari CRIRES dan VLT, ilmuwan mengetahui bahwa Matahari lebih redup 1000 kali jika dilihat dari Pluto. Karena panas yang sampai ke Pluto juga jauh lebih sedikit, permukaan Pluto juga lebih dingin, bersuhu sekitar -220 derajat Celsius.
Ilmuwan juga berhasil menguak lingkungan Pluto dengan data yang sama. Atmosfer Pluto terdiri atas gas metana. Sementara itu, permukaan Pluto mungkin terdiri atas metana beku yang bisa berupa petak kecil maupun lapisan tipis.
Wajah Matahari dan ilustrasi kondisi permukaan Pluto tersebut dibuat dalam bentuk video pada tahun 2009. Meski suhu permukaan Pluto mencapai -220 derajat Celsius, diduga atmosfernya 50 derajat Celsius lebih hangat.
"Dengan banyaknya metana di atmosfer, menjadi sangat jelas mengapa atmosfer Pluo begitu hangat," ungkap Emmanuel Lellouch, peneliti yang terlibat riset ini, seperti dikutip Daily Mail, Rabu (15/2/2012).
Sementara itu, Hans-Ulrich Kaufl yang juga terlibat penelitian mengungkapkan, "Sangat mengagumkan CRIRES mampu mengukur dengan tepat gas pada objek yang lima kali lebih kecil dari planet kita dan berlokasi di tepian Tata Surya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.