KOMPAS.com — Setelah melakukan survei, World Wide Foundation (WWF) akhirnya menyatakan bahwa badak jawa di Vietnam telah punah. Secara spesifik dikatakan bahwa badak jawa sudah tidak ditemukan di Cat Tien National Park, satu dari dua habitat spesies tersebut.
Kesimpulan tersebut diambil setelah WWF melakukan survei kotoran badak Jawa dan analisis DNA pada tahun 2009-2010. Diketahui bahwa sampel kotoran tersebut merupakan milik seekor badak jawa. Pada akhirnya, ditemukan bahwa badak jawa yang dimaksud telah mati dengan kondisi kaki tertembak dan cula telah diambil.
Scientific American, Selasa (25/10/2011), melaporkan bahwa kasus punahnya badak jawa di Vietnam menjadi contoh kepunahan hewan akibat perburuan. Kasus pertama terjadi pada badak jawa india (Rhinoceros sondaicus inermis) di India lebih dari seabad lalu.
Dengan punahnya badak jawa di Vietnam, kini hanya badak jawa indonesia (Rhinoceros sondaicus sondaicus) yang masih eksis dan diperkirakan akan segera punah jika tak ada penanganan yang benar. Hanya 50 individu atau kurang yang kini masih eksis di Taman Nasional Ujung Kulon.
Laporan Scientific American juga menyebut bahwa banyak badak jawa diburu demi cula. Cula itu dijual hingga Rp 30 juta dan dipakai sebagai bahan obat china, meski khasiatnya belum terbukti secara medis.
Satu hal yang menyedihkan bahwa sebelumnya badak jawa vietnam pernah diduga punah, hingga pada tahun 1988 populasi kecil badak itu ditemukan di Vietnam. Usaha konservasi dilakukan lewat Cat Tien National Park. Namun sayangnya, perburuan justru menang melawan konservasi.
Nick Cox, Manager WWF Species Program Greater Mekong, mengatakan, "Tragedi badak jawa vietnam adalah simbol krisis kepunahan." Menurutnya, hutan Vietnam membutuhkan lebih bayak penjaga hutan. Perlindungan pada badak jawa di Indonesia kini menjadi prioritas untuk mencegah hal yang sama seperti yang terjadi di Vietnam.
Selain itu, perlu juga adanya perhatian terhadap badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang populasinya kini tinggal sekitar 300 individu. Badak sumatera kini hanya tinggal dua subspesies. Subspesies ketiga diduga telah punah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.