Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperlima Reaktor Nuklir Rawan Gempa

Kompas.com - 16/03/2011, 17:28 WIB

KOMPAS.com - Risiko gempa menjadi salah satu pertimbangan penting untuk memilih lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Namun, bukan berarti di daerah rawan bencana tak dibangun PLTN selama ini. Jepang termasuk salah satu negara rawan gempa yang banyak membangun reaktir nuklir untuk kebutuhan energi tersebut.

Berdasarkan data World Nuclear Association (WNA), 20 persen dari 440 reaktor komersial yang kini dioperasikan di berbagai belahan dunia berada di wilayah rawan gempa. Beberapa dari 62 reaktor yang kini masih di dalam konstruksi juga berada di zona rawan gempa, bersama dengan 500 unit yang sedang dalam upaya pengembangan, terutama di negara berkembang cepat.

Banyak kalangan industri tenaga nuklir mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah masalah. Pembangunan reaktor dikatakan telah memperhitungkan faktor tersebut. Berdasarkan WNA, reaktor telah didesain untuk bisa bertahan dengan gempa terbesar yang diprediksikan bisa terjadi di wilayah pembangkit listrik tenaga nuklir dibangun.

Namun, seismolog meragukan perhitungan yang telah dibuat oleh para perancang PLTN. Terutama menyangkut gempa yang di luar prediksi, seperti gempa bermagnitud 9 yang terjadi di Jepang Jumat lalu. Seismolog mengatakan, peristiwa tersebut kadang hanya terjadi sekali dalam seratus tahun, namun rekaman sejarah tentangnya sangat kurang.

Berkaitan dengan kejadian di Jepang, seismolog United State Geological Survey (USGS) yang memiliki spesialisasi patahan dan di dekat Jepang Ross Stein mengatakan, "Jepang kurang memperhitungkan magnitud gempa yang mungkin terjadi di wilayah tersebut." Ia mengatakan, seharusnya dibuat evaluasi lagi tentang perkiraan magnitud gempa maksimum yang bisa terjadi di seluruh area.

Berdasarkan Global Seismic Hazard Map, reaktor Jepang berada dalam wilayah yang berisiko "sangat tinggi" dan "tinggi" dari ancaman gempa pada setengah abad mendatang. Berdasarkan rekaman historis dan geologis, teknologi tinggi saat ini menunjukkan Peak Ground Acceleration (PGA) yang wilayah itu bisa alami dalam 50 tahun mendatang dengan kemungkinan 10 persen.

Peak Ground Acceleration (PGA) adalah indeks kekuatan gempa di permukaan Bumi. Tak seperti skala Richter dan Moment Magnitude Scale (terakhir adalah yang digunakan saat ini), PGA tidak mengukur energi yang dilepaskan saat gempa, tapi seberapa kuat muka bumi "bergoyang" dalam gempa yang terjadi di wilayah tertentu.

Enam reaktor milik Cina berada pada zona beresiko sedang, sedangkan reaktor milik Korea Selatan yang menyuplai 30 persen dari kebutuhan energi listrik negara tersebut beresiko rendah. Sementara reaktor milik Taiwan tergolong terletak di wilayah beresiko tinggi. Demikian pula  4 reaktor di California dan di Washington.

Di luar wilayah cincin api, wilayah rawan gempa dengan instalasi reaktor nuklir ada di wilayah Asia selatan dan Tengah. Instalasi di Pakistan dan India utara memiliki resiko sedang, beserta 2 reaktor (1 dalam konstruksi dan 1 sedang direncanakan) di Iran. Di Eropa, ancaman aktivitas seismik terhadap reaktor relatif rendah, dengan perkecualian di beberapa lokasi, misalnya reaktor eksperimen di Perancis tenggara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Video Pilihan Video Lainnya >

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com