Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

100 Spesies Jadi Prioritas Konservasi

Kompas.com - 19/05/2010, 13:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 100 spesies tanaman dari empat famili ditetapkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI sebagai prioritas konservasi. Penetapan ini menunjang pentingnya perlindungan ekosistem atau habitat yang terwakili semua jenis tanaman tersebut.

Penetapan prioritas konservasi 100 jenis meliputi 14 jenis famili Arecaceae (palem), 8 jenis famili Cyatheaceae (pakis), 34 jenis famili Nepenthaceae (tumbuhan berkantong), dan 44 jenis famili Orchidaceae (anggrek). Penetapannya bersamaan dengan peringatan 193 tahun Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI, Selasa (18/5/2010).

”Wilayah Indonesia Timur dari wilayah Ternate, Halmahera, hingga Papua menjadi wilayah prioritas konservasi saat ini. Ancaman kerusakan paling besar adalah dari kegiatan tambang yang makin marak,” kata Wakil Ketua LIPI Lukman Hakim.

Menurut Lukman, konservasi paling ideal sebenarnya di lokasi alaminya. Tetapi, kelangsungan sumber daya hayati di lokasi alami kian hari kian terancam sehingga keberadaan kebun raya untuk menyelamatkan dan menjaga keanekaragaman hayati dinilai sangat penting.

”Sekarang ini dibutuhkan sedikitnya 45 kebun raya di Indonesia. Yang terealisasi sudah mencapai 17 kebun raya,” kata Lukman.

Jadi tempat rekreasi

Lukman mengatakan, pandangan kurang tepat terjadi manakala kebun raya dipandang sebagai potensi rekreasi yang dituntut mendatangkan dana. Konsekuensinya, dari segi anggaran perawatan dari pemerintah menjadi sangat minim.

”Kebun raya itu memiliki urutan fungsi sebagai konservasi, area penelitian dan pengembangan, pendidikan, serta yang terakhir barulah rekreasi,” kata Lukman.

Tahun ini pemerintah pusat menganggarkan dana Rp 1,3 miliar dan masih terbatas untuk 8 kebun raya. ”Jumlah itu masih terlampau kecil,” kata Lukman.

Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Mustaid Siregar mengatakan, pengumuman penetapan 100 spesies prioritas konservasi mengandung dilema. Penetapan itu di satu sisi diharapkan agar masyarakat terlibat untuk menjaga dan melestarikannya, tetapi di sisi lain yang mengkhawatirkan justru terjadi komersialisasi spesies tersebut.

Terkait penemuan sejumlah spesies baru di Papua, ketua tim peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Hari Sutrisno, menyatakan, tindak lanjut penemuan itu masih membutuhkan penelitian panjang. Tanpa penelitian lanjutan, sulit memastikan apakah spesies yang ditemukan harus diprioritaskan atau tidak.

”Penemuan itu belum bisa menyimpulkan apakah keberadaan spesies yang ditemukan terancam atau tidak. Untuk menyimpulkan hal itu, setidaknya harus dilakukan studi populasi, termasuk daya jelajah spesies, kecepatan reproduksi, dan kondisi rantai makanan yang terkait spesies itu,” ujarnya. (ROW/NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Bisakah Serigala dan Rubah Kawin Silang? Ini Jawaban Ilmiahnya
Oh Begitu
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Satelit “Zombie” NASA Kembali Hidup, Pancarkan Sinyal Radio Setelah 60 Tahun Mati Total
Oh Begitu
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Teleskop Webb Ungkap Rahasia Materi Gelap di Zona Tabrakan Kosmik
Fenomena
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Peneliti Temukan Saklar Kolesterol, Harapan Baru Cegah Penyakit Jantung, Diabetes, dan Kanker
Kita
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau