Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembentukan Badai Tropis Melonjak

Kompas.com - 30/10/2009, 07:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak Mei hingga akhir Oktober di utara wilayah perairan Indonesia telah terbentuk 23 siklon atau badai tropis. Jumlah badai di kawasan itu hingga akhir November diprakirakan akan sama atau di atas normal.

Koordinator Tropical Cyclone Warning Center Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (TCWC-BMKG) Fachri Rajab, di Jakarta, Kamis (29/10), mengatakan, dalam kondisi normal, jumlah rata-rata badai—yang terbentuk April-November—adalah 25,7 siklon. Patokan ini berdasarkan data tahun 1968 hingga 1990.

”Masih ada waktu sebulan lagi bagi pembentukan siklon di utara Indonesia. Jumlah siklon yang terbentuk saat ini hanya berselisih 2,7 dibandingkan dengan rata-ratanya,” ujar Fachri.

Sejak badai tropis Kyjira yang muncul 8 Mei lalu, menyusul 23 badai lain. Salah satunya adalah badai Lupit yang meluruh Selasa (27/10) sekitar pukul 19.00 WIB, siang harinya pukul 13.00 telah tumbuh badai Mirinae.

Kamis (29/10) siang Mirinae bergerak ke arah timur Filipina, pada posisi 15,8 Lintang Utara dan 13,6 Bujur Timur. Jaraknya 1.700 kilometer timur laut Manado.

Mirinae yang bergerak ke Samudra Pasifik tak memberi dampak berarti bagi wilayah Indonesia. Saat ini Mirinae masih dalam kondisi stabil dengan kecepatan 139 kilometer per jam.

Dari badai tropis yang terbentuk sejak Mei, tiga di antaranya menimbulkan bencana, yaitu Ketsana dan Parma di Filipina serta Morakot menerjang Taiwan.

Bagi Indonesia, gangguan cuaca itu bisa berimbas pada wilayah Indonesia yang berada dekat dengan jalur badai karena pusarannya dapat menarik massa udara di sekitar ekuator.

”Munculnya Parma, misalnya, menimbulkan belokan angin di utara Sulawesi dan Maluku,” tuturnya.

Oleh karena itu, masa hidup badai yang berlangsung tiga hari hingga dua minggu terus dipantau TCWC-BMKG, untuk melihat potensi dampaknya bagi Indonesia, berupa angin kencang, hujan lebat, dan gelombang laut yang tinggi.

Badai tropis terbentuk karena suhu muka laut di atas 27 derajat celsius dan kecepatan angin lebih dari 67 kilometer per jam, ujar Hary Tirto, Kepala Subbidang Informasi Meteorologi BMKG.

Saat ini Indonesia memasuki masa peralihan ke musim hujan. Hal ini ditandai hujan lebat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat di sebagian besar Sumatera; Kalimantan bagian barat, selatan, dan timur; dan beberapa daerah di Kalimatan Tengah bagian utara. (YUN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Mengapa Bom Atom di Hiroshima Meninggalkan Bayangan Manusia di Trotoar?
Oh Begitu
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Bayangan Abadi di Hiroshima: Jejak Manusia yang Membisu Setelah Ledakan Bom Atom
Kita
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Stephenson 2 DFK 52: Raksasa Merah Misterius yang Bikin Takjub
Fenomena
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
8 Fenomena Langit Spektakuler di Bulan Agustus: Parade Planet hingga Hujan Meteor
Oh Begitu
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?
Kita
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Bintang Laut Bokong Besar dan Si Ubi Ungu Kecil Ditemukan di Laut Dalam Argentina
Oh Begitu
Enam Gunung Api Meletus di Rusia Setelah Gempa Dahsyat, Mengapa?
Enam Gunung Api Meletus di Rusia Setelah Gempa Dahsyat, Mengapa?
Oh Begitu
Cula Badak Dijadikan Radioaktif untuk Hentikan Perburuan Liar
Cula Badak Dijadikan Radioaktif untuk Hentikan Perburuan Liar
Oh Begitu
Kapan Tata Surya Akan Berakhir? Ini Jawaban Para Ilmuwan
Kapan Tata Surya Akan Berakhir? Ini Jawaban Para Ilmuwan
Fenomena
Benarkah Bulan Bisa Mempengaruhi Kesehatan Kita? Ini Temuan Ilmiahnya
Benarkah Bulan Bisa Mempengaruhi Kesehatan Kita? Ini Temuan Ilmiahnya
Oh Begitu
Mengenal Macan Dahan, Predator Misterius Penjaga Hutan Asia
Mengenal Macan Dahan, Predator Misterius Penjaga Hutan Asia
Oh Begitu
Apa yang Menyebabkan Waktu Lebih Pendek Hari Ini?
Apa yang Menyebabkan Waktu Lebih Pendek Hari Ini?
Oh Begitu
5 Agustus, Salah Satu Hari Tersingkat di Bumi, Apa Dampaknya?
5 Agustus, Salah Satu Hari Tersingkat di Bumi, Apa Dampaknya?
Oh Begitu
Model Kosmologi: Alam Semesta Akan Mulai Mati dalam 10 Miliar Tahun
Model Kosmologi: Alam Semesta Akan Mulai Mati dalam 10 Miliar Tahun
Fenomena
Kehidupan Laut Dalam: Penemuan Mengejutkan di Palung Kuril-Kamchatka
Kehidupan Laut Dalam: Penemuan Mengejutkan di Palung Kuril-Kamchatka
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau