Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nobel Fisika 2009, Zaman Informasi, dan Kita

Kompas.com - 14/10/2009, 05:47 WIB

 Oleh NINOK LEKSONO

Tidak ada hal yang dapat menyimbolkan zaman informasi secara lebih baik daripada internet dan kamera digital (yang penyebarannya didukung oleh kabel serat optik dan CCD, yang merupakan karya Nobel Fisika 2009). (Robert Kirby-Harris, Kepala Institut Fisika Inggris, Reuters, 6/10/2009)

Oktober memang bulan Hadiah Nobel. Seperti telah kita ikuti beritanya, Hadiah Nobel untuk Kedokteran, Fisika, Kimia, Sastra, dan Perdamaian telah diumumkan pekan silam dan terakhir, Senin kemarin, Nobel Ekonomi. Kali ini, ulasan difokuskan untuk menyoroti Nobel Fisika dalam kaitannya dengan bidang yang kini tumbuh sangat mengesankan, yakni komunikasi.

Seperti kita baca, separuh dari hadiah yang besarnya 1,4 juta dollar AS diberikan kepada Charles K Kao dan separuh lainnya dibagi untuk dua peneliti dari Bell Labs, yakni Willard S Boyle dan George S Smith. Kao diberi penghargaan karena dinilai berjasa mengungkap rahasia bagaimana melewatkan cahaya ke jarak jauh melalui kabel serat optik. Penemuan ini ia buat pada pertengahan tahun 1960-an. Sementara Boyle dan Smith untuk jasanya menemukan sensor semikonduktor yang dikenal dengan sebutan charge- coupled device (CCD). Dewasa ini CCD ada dalam jutaan kamera digital.

Sekjen Akademi Nobel Gunnar Oquist ketika mengumumkan pemenang mengatakan, karya ilmiah yang mendapat penghargaan tahun ini telah ”meletakkan fondasi bagi masyarakat informasi modern” dewasa ini.

Serat optik

Kabel serat optik dan laser yang mampu mengirim pulsa cahaya sebenarnya sudah ada ketika Dr Kao mulai meriset serat optik. Namun, pada waktu itu, denyut cahaya hanya bisa berjalan sekitar 20 meter melalui serat kaca sebelum 99 persen cahaya meredup. Kao bertekad untuk merentang jarak jangkau 20 meter tersebut menjadi 1 kilometer (New York Times, 6/10).

Waktu itu banyak peneliti yang mengira bahwa ada banyak cacat pada serat gelas, seperti lubang atau retakan, yang membuat cahaya menyebar.

Bulan Januari 1966, Kao yang saat itu bekerja di Standard Telecommunication Laboratories, Inggris, memaparkan penemuannya. Ia mengungkapkan bahwa yang salah bukan pembuatan serat, tetapi bahan baku serat tersebut, yakni kaca, yang tidak cukup murni. Kaca yang lebih murni, terbuat dari kuarsa yang dilebur, akan lebih transparan sehingga cahaya akan bisa lewat dengan lebih mudah.

Apa yang dikatakan Kao dapat dibuktikan ketika pada tahun 1970 peneliti di Corning Glass Works bisa membuat serat optik ultramurni yang panjangnya lebih dari setengah mil, atau hampir 1 kilometer.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com