Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Mirip Gempa 30 Tahun Lalu

Kompas.com - 06/09/2009, 08:03 WIB

GARUT, KOMPAS.com — Beberapa warga korban gempa bumi yang kini menempati lokasi pengungsian di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengaku teringat dengan peristiwa serupa 30 tahun silam.

"Tiga puluh tahun lalu, Garut juga dilanda gempa bumi yang cukup dahsyat, menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang sangat banyak," kata Darma (55), ketika ditemui di lokasi pengungsian di Cikelet, Garut, Minggu (6/9) pagi.

Sedikitnya 1.291 kepala keluarga (KK) atau 13.350 jiwa korban gempa bumi kini ditampung di lokasi pengungsian itu. Selain Darma, beberapa yang lain juga mengaku teringat kembali dengan peristiwa yang muncul 30 tahun silam tersebut.

Berdasarkan catatan, 22 November 1979 sekitar pukul 23.00, Kabupaten Garut diterjang gempa tektonik berkekuatan 5,8 skala Richter (SR).

Darma mengatakan, bencana alam pada 1979 berdampak lebih parah dengan menelan kerugian yang lebih besar dibandingkan tragedi 2 September lalu.

Tidak hanya itu, kenang dia, pada 1982 masyarakat Garut kembali dikejutkan dengan letusnya Gunung Galunggung yang lokasinya di kabupaten tetangga, Tasikmalaya. Gempa vulkanik dan hujan abu yang dipancarkan gunung tersebut begitu dirasakan oleh masyarakat Garut.

Ungkapan senada juga disampaikan Soban Syuban (53), pegawai Setda Garut yang mengatakan, kendati berkekuatan 5,8 SR, dampak gempa 1979 jauh lebih parah dibandingkan 2 September lalu.

Sementara itu, kondisi para pengungsi bencana gempa 2009 memasuki hari kelima tampak semakin gelisah dan kadang emosional. Pada menit-menit menjelang makan sahur atau berbuka puasa Ramadhan, misalnya, tidak sedikit pengungsi yang tampak bersungut-sungut dengan mimik wajah tegang.

Kenyataan tersebut diduga akibat sebagian pengungsi mulai jenuh dengan suasana yang mereka hadapi.

Beberapa camat di wilayah Garut Selatan, termasuk Camat Pameungpeuk, Jujun Juhana, S Sos, mengakui bahwa tidak sedikit pengungsi di daerahnya yang kini mulai jenuh tinggal di lokasi penampungan sementara.

Mengenai menu utama mereka selama ini, Camat Jujun mengatakan, itu antara lain ikan kaleng sarden, mi instan, dan air kemasan gelas. Pada buka puasa, mereka menikmati menu tambahan berupa tahu dan tempe.

"Menghadapi kondisi para pengungsi diperlukan kesabaran tinggi dengan memaklumi kondisi psikologis mereka yang kerap memunculkan sikap temperamental," ujar Jujun.

Sementara itu, di luar arena pengungsian, tampak tidak sedikit kalangan anak para pengungsi dengan bertelanjang dada meminta sumbangan dana di jalanan, dengan menyediakan kotak amal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com