Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Timur ke Barat Berjajar Keong Mas

Kompas.com - 22/08/2009, 08:38 WIB

Gesit Ariyanto

KOMPAS.com - Tak hanya di Pulau Sumatera dan Jawa yang dikenal sebagai lumbung padi nasional, keong mas (Pomacea canaliculata) atau keong murbei pun bermasalah di Manokwari, Papua. Meskipun hidup leluasa di rawa dan danau, keong mas identik dengan hama yang menyerang hamparan padi muda.

Serangan keong memang tak secepat dan sedramatis serangga. Namun, hasilnya sama: penurunan produksi padi yang di beberapa tempat hampir mencapai 20 persen.

Menurut para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), keong mas keluarga Pomacea masuk di Asia, termasuk Indonesia, pada pertengahan tahun 1980-an. Keong-keong itu didatangkan dari Amerika Selatan, yang juga dikenal sebagai negara pemasok fauna dan flora ke sejumlah negara tropis.

Awalnya, keong mas itu dikenalkan sebagai binatang piaraan karena menggemaskan dan sebagai pangan sumber protein.

Namun, tak lama kemudian, kabar buruk datang dari petani. Keong-keong berwarna keemasan menyerang hamparan padi di kawasan Jawa Barat. Pangkal batang menjadi target serangan mematikan.

Tak hanya di Indonesia, keong mas jenis Pomacea canaliculata (setidaknya sejauh ini dari jenis itu yang terdeteksi secara ilmiah) ternyata juga menginvasi sejumlah negara, seperti Filipina, Vietnam, Kamboja, Thailand, Myanmar, Taiwan, China, Jepang, negara-negara di kawasan Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Hingga kini belum ada laporan yang menyebutkan pembasmian dapat dituntaskan.

Di Indonesia, penanganannya masih jauh dari tuntas. Tak sedikit petani yang mengatasinya secara manual: menangkap dan membuangnya atau menggunakan jebakan kayu berikut umpan. Kalau memakai musuh alami, umumnya dengan itik.

Pada situs web pustaka-deptan, Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Departemen Pertanian (Deptan) merekomendasikan, pelepasan itik sebagai pengendalian alami hama keong mas dapat dilakukan setiap pagi dan sore hari. Periode pelepasan adalah setelah padi ditanam hingga padi berumur 45 hari. Jumlah itik yang dilepaskan disarankan 25 ekor per hektar. Selain itu, dibarengi pemungutan keong mas secara berkala.

Di pasaran, ada juga obat kimia khusus hama keong (molluscicide), tetapi penggunaannya di kalangan petani masih terhambat harga. Harganya berkisar Rp 27.000 hingga Rp 50.000 per botol dengan penggunaan bisa sampai tiga botol per petak sawah—yang jelas hal ini menjadi ekstra ongkos produksi, menambah beban setelah kebutuhan mutlak, seperti pupuk dan pestisida.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com