NINOK LEKSONO
KOMPAS.com-Peranan teknologi dalam penangkalan dan pemberantasan terorisme telah disinggung oleh Makmur Keliat, pakar ilmu hubungan internasional, di harian ini, Selasa (21/7).
Ada dua hal yang dapat digarisbawahi dari artikel tersebut. Pertama, apa yang dikutip dari Paul Bracken bahwa ”cara terbaik untuk mengalahkan teroris adalah dengan menembus sel-selnya”. Yang kedua, ketidakmampuan dinas intelijen Indonesia mencegah kejutan strategis teroris, dalam hal ini dikaitkan dengan ketidakmampuan mendapatkan informasi, yang bisa jadi terkait dengan keterbatasan teknologi.
Makmur menegaskan, teknologi—pada sisi lain—bukan segala-galanya. AS yang memiliki teknologi canggih pun kewalahan menghadapi teroris. Itulah yang terjadi, dengan kecanggihan teknologi yang dimilikinya, upaya untuk menangkap Osama bin Laden sejauh ini tak membuahkan hasil dan pada masa lalu tidak kuasa mencegah serangan 11 September 2001. Terorisme juga pernah mengguncang negara maju seperti Inggris dan Spanyol.
Satu hal yang sulit disangkal, pascaterjadinya serangan teroris, negara-negara maju lalu menerapkan kebijakan dan sistem yang efektif sehingga, misalnya, setelah serangan 11 September tidak lagi terjadi serangan teror di AS, demikian pula di Inggris dan Spanyol. Ini berbeda dengan Indonesia, yang setelah terjadi bom Bali I masih ada bom Bali II, dan setelah Marriott I ada Marriott II, plus Kedubes Australia dan lainnya.
Seperti disebut dalam situs BomDetection, melawan terorisme dibutuhkan perencanaan strategis, integrasi teknologi, pelatihan terstruktur, adanya kebijakan dan prosedur yang berkembang (mengikuti kebutuhan keamanan), juga strategi kolektif dengan badan-badan pemerintah, kontraktor pertahanan, integrator sistem, dan tempat-tempat (yang mungkin sasaran teror).
BomDetection adalah sekadar contoh bisnis yang berkembang seiring dengan merebaknya aktivitas teror di berbagai penjuru dunia. Bergerak di bawah bendera AI (American Innovation), usaha ini menawarkan kemitraan untuk bermacam-macam upaya penanggulangan terorisme. Keahlian yang ditawarkan meliputi penangkalan serangan kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan bahan peledak (konvensional).
Aneka deteksi dan inspeksi
Sebagaimana disaksikan penonton TV, teknologi yang banyak dimanfaatkan sebagai sarana prevensi adalah teknologi kamera video, yang terus meningkat resolusinya. Resolusi yang lebih baik diharapkan bisa lebih memperjelas orang-orang yang dicurigai. Dari tayangan TV Indonesia memang tampak ketajaman citra video masih kurang. Berikutnya, teknologi yang telah banyak digunakan adalah sistem inspeksi sinar-X, baik untuk skrining maupun untuk imaging, apakah untuk surat, paket, dan bahkan kargo.
Satu perlengkapan lain yang semestinya semakin banyak dipasang adalah explosives detection chemistry (EDC) dan explosives trace detectors (ETD). Inilah alat yang sebenarnya semakin vital karena bahan peledak sejauh ini merupakan senjata pilihan bagi teroris. Tantangan bagi petugas keamanan bisa dikatakan ada di sini. Ini pula tantangan bagi badan atau perusahaan yang menawarkan jasa penanggulangan terorisme. Di satu sisi bahan peledaknya makin canggih, di sisi detektornya, demikian pula keahlian untuk mendeteksinya, memiliki keterbatasan.