”Bidang es utara dari Beting Es Wilkins menjadi tidak stabil dan gumpalan es mengapung pertama telah terlepas,” kata Angelika Humbert, ahli gletser pada Universitas Muenster di Jerman, menuturkan soal gambar-gambar beting itu dari satelit Badan Ruang Angkasa Eropa.
Humbert mengatakan kepada Reuters mengenai es seluas sekitar 700 kilometer persegi—lebih besar daripada Singapura atau Bahrain dan hampir seukuran Kota New York—telah lepas
Dia mengatakan, es seluas 370 km persegi itu pecah dalam hari-hari terakhir dari Beting Es Wilkins, yang terakhir dari sekitar 10 beting di Semenanjung Antartika yang menyurut dalam sebuah tren yang dihubungkan oleh Panel Iklim PBB pada pemanasan global.
Gumpalan-gumpalan es yang baru itu menambah 330 km persegi es yang lepas bulan ini dengan runtuhnya sebuah jembatan es yang menahan Beting Wilkins antara Pulau Charcot dan Semenanjung Antartika.
Sembilan beting lainnya—es yang mengapung di laut dan berhubungan dengan pantai—di sekitar Semenanjung Antartika telah menyusut atau runtuh dalam 50 tahun terakhir, seperti Beting Larsen A tahun 1995 atau Larsen B tahun 2002.
Tren ini dianggap disebabkan oleh perubahan iklim karena gas bahan bakar fosil yang memerangkap panas, kata David Vaughan, ilmuwan Survei Antartika Inggris.