Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lagi, Harimau Mati

Kompas.com - 27/02/2009, 10:51 WIB

PEKANBARU, JUMAT — Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) mati dijerat di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Kematian harimau tersebut menambah jumlah satwa liar yang dilindungi itu menjadi empat ekor, dalam tiga pekan selama Februari 2009 ini di Riau.

Harimau jantan itu sebelumnya menyerang Toni dan Mamat, dua penjaga kebun di Desa Gaung, Kecamatan Gaung, Indragiri Hilir, Minggu (22/2) malam (Kompas, 24/2).

”Harimau itu mati pada Selasa petang atau dua hari setelah harimau itu menerkam penjaga kebun sawit di Gaung,” ujar juru bicara WWF Riau Syamsidar di Pekanbaru, Kamis (26/2).

Untuk membalas serangan harimau, warga Gaung memasang jerat pada Senin (23/2). Jeratan berhasil menangkap harimau.

Direktur Kehutanan WWF Indonesia Ian Kosasih menyayangkan kematian hewan yang dilindungi itu. WWF menyerukan agar pemerintah menghentikan kerusakan hutan alam untuk membuka perkebunan.

Berdasarkan kajian WWF, lokasi konflik harimau-manusia di Riau merupakan bagian dari blok hutan Kerumutan. Hutan Kerumutan merupakan salah satu habitat penting bagi harimau sumatera. Sekitar dua bulan lalu terjadi kebakaran besar di hutan itu, yang diduga kuat akibat pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit.

”Harimau itu terpaksa masuk ke perkampungan penduduk karena habitatnya telah dirusak manusia,” kata Kosasih.

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Indra Arinal di Padang mengatakan, kerusakan hutan di Sumatera bagian tengah ini tergolong besar. Itulah salah satu pemicu sejumlah konflik antara harimau dan manusia yang terjadi di tiga provinsi serentak pada bulan Januari-Februari ini.

Direktur Walhi Sumatera Barat Khalid Saifullah juga meminta Pemprov Sumatera Barat mengkaji ulang rencana pengurangan kawasan hutan.

Perburuan meningkat

Sementara itu, perburuan harimau sumatera di kawasan penyangga Taman Nasional Berbak, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, belakangan kian meningkat. Hal itu merepotkan tim satuan polisi reaksi cepat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi yang harus berjaga-jaga di hutan untuk mengantisipasi perburuan itu.

”Satu tim intelijen kami yang beranggotakan tujuh orang tengah diterjunkan untuk mengawasi pemburu liar harimau,” ujar Didy Wurjanto, Kepala BKSDA Jambi, Rabu (25/2). (ART/SAH/ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com