Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Satwa Dilindungi di Sumsel Terancam Punah

Kompas.com - 25/02/2009, 20:01 WIB

PALEMBANG, RABU — Empat jenis satwa langka dan dilindungi di Sumatera Selatan, yakni ikan pesut, harimau, burung bangau migran, dan ikan belida, terancam punah. Ini terjadi karena habitat satwa menghilang perlahan-lahan akibat laju kerusakan hutan yang tergolong mengkhawatirkan hingga mencapai 100.000 hektar per tahun.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan Anwar Sadad menyampaikan hal itu di seminar Reduksi Ekologi dan Arah Kebijakan Lingkungan Sumsel, di Gedung Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang, Rabu (25/2).

Berdasarkan data dan penelitian Walhi Sumsel, populasi keempat jenis satwa itu terus menyusut selama sepuluh tahun terakhir. Ikan pesut (Orcaella brevirostris), yang jumlahnya pernah mencapai lebih 20 ekor, saat ini diperkirakan hanya lima ekor saja. Jumlah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) diperkirakan tinggal 40-50 ekor saja.

Sementara itu, satwa jenis bangau migran (Egretta alba) dan ikan belida (Notopteus chitala) sudah sangat sulit ditemukan sejak empat tahun terakhir. Kedua satwa ini diperkirakan nyaris punah.

Menurut Anwar Sadad, populasi harimau sumatera terus menurun karena hutan produktif di Sumsel banyak dikonversi menjadi hutan tanaman industri (tanaman akasia) dan perkebunan kelapa sawit. Dari total luas hutan Sumsel yang mencapai 3,77 juta hektar, sebesar 62 persen atau 2,34 juta hektar sudah bukan kawasan hutan dan beralih menjadi HTI, perkebunan, pertanian, dan permukiman.  

"Jika masalah laju penyusutan dan perusakan hutan ini tidak dianggap serius oleh pemerintah dan legislatif, maka bukan tidak mungkin kita akan kehilangan satwa-satwa itu dalam kurun waktu dua-tiga tahun lagi," kata Anwar Sadad.

Adapun penyusutan populasi ikan pesut terjadi karena habitat mereka di Kawasan Hutan Lindung Air Telang rusak terkait dengan proyek pembangunan Pelabuhan Tanjung Api-api. Secara kebetulan, 600 hektar kawasan hutan lindung yang dibuka merupakan habitat hidup ikan-ikan pesut.

Selain mengganggu kelangsungan hidup ikan pesut tersebut, pembukaan Kawasan Hutan Lindung Air Telang juga mengancam kehidupan burung bangau migran. Alasannya, ribuan burung bangau dan jenis burung migran lainnya bisa mendapatkan makanan ikan dan udang yang hidup di sela-sela hutan bakau berair payau.

Budi Riyanto, salah satu pembicara dalam seminar itu, juga mengatakan, ada beberapa jenis ikan sungai di Sumsel yang sudah sangat sulit ditemukan, salah satunya ikan belida. Ikan belida yang digemari masyarakat Sumsel karena rasanya yang enak dan gurih ini bahkan nyaris punah seiring dengan terus berkurangnya habitat hidup di rawa dalam.

"Di sisi lain, ikan belida ini terus-menerus diburu tanpa dipikirkan cara budidaya dan perkembangbiakannya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com