JAKARTA, SENIN - Pupuk hayati (biofertilizer) hasil radiasi nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) bernama Azora terbukti mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
"Pupuk hayati Batan ini memacu pertumbuhan tanaman seperti membuat akar dan daun lebih banyak, meningkatkan hasil, memperbaiki kualitas menjadi lebih menarik dan bersih, serta mengurangi pemakaian pupuk," kata Kepala Batan Dr. Hudi Hastowo di sela Forum for Nuclear Cooperation in Asia (FNCA) yang dihadiri perwakilan dari sembilan negara di Jakarta, Senin (23/2).
Dikatakan Hudi, penggunaan pupuk saat ini semakin meningkat seiring dengan kebutuhan pangan dan pemanfaatan lahan, ditambah lagi kecenderungan petani terus meningkatkan penggunaan pupuk untuk mendapatkan hasil yang makin melimpah.
Dilaporkan FAO telah terjadi kenaikan penggunaan pupuk buatan di berbagai negara Asia Tenggara dari lima juta ton pada 1967 menjadi sembilan kali lipat (45 juta ton) 30 tahun kemudian.
"Ini menyebabkan pupuk sering kali langka, khususnya karena bahan baku pupuk berupa nitrogen juga dipengaruhi pasokan dan harga gas," katanya.
Di sisi lain, ujarnya, penggunaan pupuk kimia ini dapat berakibat negatif susulan terhadap lingkungan, sehingga sudah seharusnya bisa disubtitusi dengan pupuk hayati (biofertilizer) yang berbasis mikroba.
"BATAN telah meriset dan memperoleh mikroba yang membuat tanah lebih mampu menangkap nitrogen dan membuatnya menjadi subur. Mikroba bernama Azospherelium ini disterilisasi dengan radiasi," tambah Kepala Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN Dr Zainal Abidin.
Ia mengatakan radiasi dengan sinar gamma dari Cobalt 60 merupakan teknik sterilisasi bahan pembawa pupuk hayati yang telah teruji efektif dan efisien dibanding dengan teknik autoclave (sterilisasi panas) yang biasa dilakukan.
"Kami sudah menggunakannya pada jagung serta tanaman hortikultura seperti salada, kubis, brokoli, sawi, atau cabe," katanya.
Proyek Biofertilizer merupakan salah satu proyek FNCA, forum kerjasama nuklir di Asia yang menekankan pemanfaatan teknik nuklir untuk pengembangan pupuk hayati untuk mengatasi ketahanan pangan sekaligus perlindungan lingkungan. Hasil proyek yang dimulai sejak 2001 ini antara lain berupa sejumlah isolat unggul pupuk hayati dan keberhasilannya meningkatkan komoditas pertanian di negara anggota.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.