LONDON, SENIN - Seperti khayalan yang menjadi kenyataan, seorang penjelajah Inggris akan memecahkan rekor pengembaraan dari London hingga Timbuktu menggunakan mobil terbang. Ekspedisi selama 42 hari itu akan menyelesaikan perjalanan sejauh 6400 kilometer.
"Saya suka banyak hal dan berpikir ini akan menjadi tantangan yang menarik. Apalagi Timbuktu yang merupakan tempat yang ikonik dan nyentrik," ujar Neil Laughton, yang sudah menaklukkan semua gunung tertinggi di tujuh benua dan kutub utara. Salah satu kota di Mali, Afrika barat itu memang terkenal nuansa misteriusnya.
Dengan kendaraan yang khsusu didesain untuk misi ini, Laughton akan melintasi Perancis, Spanyol, dan Moroko sebelum mencapai Gurun Sahara sebagai pintu masuk ke Mali melalui Mauritania. Ia juga harus terbang di atas Selat Gibraltar sejauh 14 kilometer untuk menyeberang ke Afrika dan berencana terbang melintasi Pegunungan Atlas di Maroko.
Dalam tantangan kali ini, ia tidak sepenuhnya melayang di udara dalam. Perjalanan tersebut diselingi jalan darat menggunakan kendaraan yang sama. Kendaraan yang digunakannya memang didesain dapat terbang maupun berjalan di permukaan tanah sesuai kebutuhan.
Kendaraan beroda empat yang diberi nama Skycar yang akan dipakainya didesain seorang perancang muda bernama Gilo Cardozo. Kendaraan tersebut dilengkapi sayap yang dapat diatur di kanan kirinya, kipas besar di belakang, dan parasut yang biasa dipakai untuk paragliding. Cardozo pernah merancang paraglider bermesin yang dipakai untuk mengitari puncak Gunung Everest tahun 2007.
Untuk mengubah dari kendaraan darat menjadi kendaraan udara, Skycar hanya butuh waktu tiga menit. Saat take off, pengemudi mengembangkan sayap. Dengan kecepatan hanya 70 kilometer perjam dan landasan sejauh 200 meter, Skycar sudah dapat melayang saat parasut paragliding dikembangkan. Di udara, kendaraan tersebut dapat bergerak dengan kecepatan 180 kilometer perjam.
Konsepnya pun benar-benar ramah lingkungan dengan bahan bakar biofuel. Saat di udara, pengemudi menggunakan pedal untuk mengendalikan arah terbangnya sambil mengubah-ubah sudut kemiringan sayapnya. Jika terjadi kondisi darurat tersedia parasut cadangan sehingga kendaraan dapat jatuh dengan aman di daratan.
"Inspirasinya datang dari kesadaran bahwa kita dapat mengemudi dan kita dapat terbang, jadi mengapa tidak melakukannya bersamaan? Masalahnya pada teknologi sayap, yang saya kira teratasi pada Skycar," ujar Cordozo. Setelah sukses dengan ekspedisi ini, Cordozo berencana menjualnya secara komersial dengan hraga 50.000 poundsterling per unitnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.