KOMPAS.com - Fibrilasi atrium (FA) menjadi salah satu gangguan irama jantung atau aritmia yang paling banyak diderita.
Hal itu disampaikan oleh Dokter Spesialis Kardiovaskular dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Prof dr dr Yoga Yuniadi SpJP(K), pada acara bertajuk "MMC Hospital Introducing: Integrated Cardiovaskular Centre" di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Dijelaskan Yoga, FA merupakan penggumpalan darah yang terjadi di ruangan buntu yang ada di serambi kiri jantung, disebut juga kuping jantung.
Sebagian besar kasus FA adalah penyakit yang mempengaruhi struktur jantung selama bertahun-tahun. Oleh sebab itulah penderita FA ini sering ditemukan pada mereka usia lanjut.
Fibrilasi atrium (FA) paling rentan diderita pada Anda yang berusia lanjut. Kata Yoga, rata-rata pada usia 60 ke atas penderita FA mencapai 0,1-2 persen dari tingkat populasi. Sedangkan, untuk usia 80 tahun ke atas dapat mencapai prevalensi 40 persen.
Menurut Yoga, di Indonesia sendiri setidaknya ada sekitar 2,2 juta orang penderita FA.
"Prevalensi pada laki-laki dan perempuan itu hampir sama, meski lebih sedikit banyak penderita wanita," tuturnya.
Membedakan irama jantung normal dan tidak normal
"Detak atau irama sinus (jantung) yang teratur berarti itu normal. Kalau tidak teratur iramanya (denyut jantung) berarti itulah fibrilasi atrium," ujarnya.
Denyut jantung tidak teratur yaitu ketika detak irama jantung bisa terlalu cepat ataupun terlalu lambat.
Untuk diketahui, kondisi denyut jantung dinyatakan normal ketika jantung berdenyut sebanyak 50-90 kali per menit.
Denyut jantung dinyatakan cepat saat berdetak hingga 200 kali per menit. Sementara itu, denyut jantung dianggap melambat ketika terhitung 40 kali per menit.
Disebutkan oleh Yoga, berikut adalah beberapa gejala FA yang perlu Anda waspadai untuk segera dilakukan tindak lanjut penanganan medis.
Tidak jauh berbeda dengan penyakit kardiovaskular atau gangguan jantung lainnya, FA juga memiliki beberapa risiko yang sama.