Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Gizi Ungkap Kendala Pemenuhan Nutrisi Pengungsi Bencana Alam

Kompas.com - 24/01/2020, 12:02 WIB
Amalia Zhahrina,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Saat bencana alam melanda, masyarakat harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Namun, terdapat beberapa kendala yang dihadapi baik relawan maupun korban bencana alam.

Menurut dr Maria J Adrijanti, Health Team Leader Wahana Visi Indonesia (WVI), salah satu kendala yang dihadapi adalah minimnya jumlah dapur umum. Hal ini menyebabkan masyarakat akan terbiasa mengonsumsi makanan instan selama di pengungsian.

“Untuk saat ini di Kementerian Kesehatan pun, di mana mereka memiliki direktorat gizi, itu masih perlu edukasi atau kolaborasi dengan Kementrian Sosial yang bertanggung jawab untuk pengadaan dapur umum,” ujar Janti saat ditemui pada diskusi ToWer (Together Empower) yang digelar oleh Wahana Visi Indonesia (WVI), Jakarta (23/01/2020).

Selain itu, Janti juga mengungkapkan bahwa kendala yang dihadapi saat ini adalah masalah pemberian makan kepada korban bencana alam, khususnya korban anak-anak dan balita.
Ia menganggap dapur umum yang tersebar saat ini hanya fokus kepada makanan orang dewasa, tetapi tidak untuk anak-anak dan balita.

Padahal, menurut ahli gizi Dr.dr. Tan Shot Yen, M Hum, kebutuhan makanan untuk anak-anak dan balita lebih spesifik dari makanan dewasa. Porsi makanan juga harus dibedakan antara orang dewasa, anak-anak, dan balita.

“Untuk bayi dan balita tidak boleh sama porsinya kayak dewasa, orang dewasa memang butuh sayur dan buah sampai setengah piring, ya karna kita mencegah penyakit menular, kita butuh antioksidan banyak, gula harus lambat dicerna. Tapi kalau anak, mereka lagi tumbuh kembang, jadi dia (anak-anak) butuhnya beda sama kita (orang dewasa),” ujar Tan.

Baca juga: Ahli Gizi Imbau Relawan Perhatikan Keamanan Pangan Pengungsi

Janti menyebutkan terdapat empat kandungan gizi atau disebut empat bintang yang diperlukan oleh anak-anak, khususnya setelah terjadi bencana alam. Antara lain:

• Makanan yang mengandung karbohidrat
• Makanan yang mengandung protein nabati, seperti kacang-kacangan
• Makanan yang mengandung protein hewani, seperti ikan dan ayam
• Makanan yang mengandung vitamin dan mineral, seperti sayur dan buah

Bagaimana cara memulai pertolongan ini semua?

Saat ini, kepedulian dari berbagai lembaga donatur atau swadaya sangat dibutuhkan, apalagi mengingat jumlah dapur Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) masih terbatas. Relawan juga diperlukan dalam penanganan korban bencana alam.

Baca juga: Tak Cuma Papeda, Sagu Kaya Gizi Bisa Dijadikan 6 Makanan Olahan Ini

“Harus ada relawan yang paham, yang kita khawatirkan kan kalau relawannya tidak paham, asal sodok-sodok aja, kasih-kasih aja,” sambung Tan.

Selain itu, dibutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak, seperti Tim Penggerak Gizi setempat, PKK, pemerintah daerah, dan instansi terkait sebagai pihak yang memberikan informasi maupun sarana terhadap penduduk.

Janti juga menambahkan, setiap keluarga perlu memiliki satu tas siaga sebagai antisipasi terhadap bencana alam. Alat-alat yang terdapat di dalam tas siaga yaitu baju (termasuk pakaian dalam), pembalut, makanan dan minuman, alat kebersihan, senter, peluit, P3K seperti jas hujan dan payung, serta dokumen-dokumen berharga.

“Pastikan setiap anggota keluarga punya satu (tas siaga), karena kebutuhan orang dewasa dan balita berbeda, pastikan untuk makanan dan minuman tidak expired, selalu dicek enam bulan sekali,” tutup Janti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com